Kupang, Vox NTT-Jumlah babi di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) yang mati dalam beberapa pekan terakhir mencapai 1.394 ekor yang tersebar di empat Kabupaten di wilayah Timor.
Keempat kabupaten ini yakni, Kota Kupang 221 ekor, Kabupaten Kupang 106 ekor, Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU) 440 ekor dan Kabupaten Belu 570 ekor.
Hal itu diungkapkan Kepala Bidang Perbibitan dan Produksi Ternak pada Dinas Perernakan Provinsi NTT, Nadra A. Iryani.
“Data yang Sudah kami terima itu dari Kota Kupang, Kabupaten Kupang, TTU dan Belu. Kabupaten TTS dan Malaka kita belum mendapatkan laporan. Laporan ini dari wilayah Timor saja,” ungkap Iryani kepada VoxNtt. Com, Rabu (26/02/2020).
Baca Juga: Ratusan Ekor Babi di Timor Mati, Diduga Akibat Diserang Virus ASF
Ia mengungkap di Kabupaten Belu terdapat di 11 Kecamatan, TTU di empat Kecamatan, Kabupaten Kupang dua Kecamatan, dan Kota Kupang terdapat 4 Kecamatan.
Pihaknya Kata dia, sudah mengirimkan Sampele ke Medan untuk mengetahui hasilnya apakah positif virus ASF atau tidak.
“Samplenya sudah dikirim ke Balai Besar Veteriner (BB-Vet) Medan karena hanya di sana saja yang bisa priksa apakah itu positif atau tidak,” tuturnya
“Sample itu akan diproses selama satu dua minggu. Karena itu proses laboratorium, jadi diperiksa dulu. Ini butuh waktu lama juga. Kita menunggu satu dua minggu ini,” pungkasnya.
Baca Juga: Virus Aneh Serang Babi di Malaka
Ia menegaskan, hingga saat ini belum ada laporan dari wilayah Flores terkait Kematian babi karena virus ASF tersebut.
“Flores belum ada laporan sama sekali. Kami masih konfirmasi di semua kabupaten di wilayah Flores. Cek kalau ada babi yang mati tidak wajar segera membuat laporan,” jelasnya.
Pihaknya lanjut dia, sudah melakukan koordinasi intesif ke semua kabupaten di NTT
“Karena virus inikan belum ada obatnya. Karena belum ada obatnya,” ujarnya
Pihaknya juga tengah berupaya untuk melakukan pencegahan dengan cara bius security kandang.
“Maka hal-hal yang perlu kita lakukan adalah bius security kandang. Orang tidak bisa keluar masuk sembarang di kandang, kebersihan kandang sendiri, makanan sisa itu juga perlu dijaga. Komunikasi dan edukasi itu tetap kita jalankan,” imbuhnya.
Langkah dari pemerintah Provinsi NTT untuk mengatasi virus ini lanjut dia, sejak dua Minggu terakhir pihaknya sudah turun langsung ke ternak-ternak masyarakat.
“Masyarakat kita inikan pemelihara babi. Berapa tenaga kita untuk melakukan itu tentu butuh partisipasi dari masyarakat sendiri. Harus bisa menangani babi. Karena tenaga kita di sini terbatas,” ungkapnya.
Baca Juga: Begini Kronologi 77 Siswa Seminari di Sikka Dipaksa ‘Makan’ Kotoran Teman Seangkatan
Ia berharap, siapapun yang memelihara babi agar selalu berwaspada dengan virus ini.
“Selalu membersihkan kandang, pemberian makan yang baik, vitamin, antibiotik,” katanya.
Bahkan tambah dia, pemerintah sudah menutup lalu lintas ternak babi khususnya antar daerah maupun luar daerah untuk tidak masuk.
Ia juga meminta kepada masyarakat agar babi yang sudah mati tidak boleh dibuang sembarangan.
“Karena begitu buang sembarang malahan menyebar lagi virusnya. Sebaiknya dikubur saja,” harapnya.
Positif ASF
Sementara itu, Asisten II Setda NTT, Samuel Rebo kepada media Kupang menegaskan, hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan babi yang mati itu positif terkena serangan virus African Swine Fever (ASF), yang diduga masuk melalui Timor Leste.
“Hasil pemeriksaan laboratorium sudah terkonfirmasi bahwa positif ASF di Kabupaten Belu dan ini tentu berdampak pada seluruh wilayah di Pulau Timor,” terang Semuel Rebo kepada wartawan di Kupang, Selasa (25/2/2020).
Samuel mengatakan, pemerintah telah mendapat hasil laboratorium dari Medan dan menyatakan virus yang menyerang babi saat ini virus ASF.
Dia mengimbau para peternak jika mendapat gejala aneh seperti tidak semangat makan, maka segera dipotong untuk dipasarkan.
Untuk diketahui, virus ASF ini tidak membahayakan manusia. Karena itu, daging mati yang terinfeksi aman untuk dikonsumsi.
“Langkah ini untuk menghindari kerugian yang lebih besar pada petani peternak,” katanya.
Penulis: Tarsi Salmon
Editor: Boni Jehadin