Oleh: Markus Makur
Selasa, 12 Oktober 2021, saya bersama Antonius Ndoen, relawan Kelompok Kasih Insanis Peduli Sehat Jiwa Kabupaten Manggarai Timur dan Albertus Nandul, yang biasa disapa Om Nobi Cahaya Surya. Sapaan lainnya, Om Bro adalah seorang yang berprofesi pengemudi profesional. Memiliki sertifikat pengemudi.
Om Nobi juga relawan. Bagi kami sekeluarga Om Nobi adalah sahabat dalam keluarga. Dari nama angkutan umum pedesaan, Cahaya Surya menunjukkan pelayanan yang selalu memberi cahaya bagi para penumpang rute Waelengga-Borong.
Setelah selesai mengikuti kegiatan Bimbingan Teknis (Bimtek) Lembaga Kesejahteraan Sosial Penyandang Disabilitas (LKS PD) yang diselenggarakan Kementerian Sosial (Kemensos RI) di Hotel LaPrima Labuan Bajo bersama relawan KKI, Dinas Sosial, staf Kemensos RI di Kabupaten Manggarai Timur, Manggarai dan Manggarai Barat. Kami pulang. Sebelum pulang, kami semua berkumpul di Hotel Prundi Labuan Bajo.
Berjumpa Sambil Sharing di Hotel Prundi Labuan Bajo
Relawan KKI Manggarai Timur, Manggarai, Manggarai Barat berkumpul dan berjumpa sambil memperkenalkan diri serta sharing pengalaman di Hotel Prundi Labuan Bajo. Hotel Prundi Labuan Bajo dikelola oleh Pater Marsel Agot, SVD. Seorang imam Katolik. Saat itu sebagian relawan KKI yang belum bertemu Ketua KKI NTT, Pater Avent Saur, SVD. Terjadilah perjumpaan. Satu per satu, relawan memperkenalkan diri. Dan ini perjumpaan terbesar dari anggota relawan KKI di Flores Barat.
Rasa persaudaraan dan penuh persahabatan terjalin sangat akrab. Kerinduan untuk saling sapa, saling memperkenalkan diri dan saling berbagi berpengalaman tentang pelayanan kerelaan bagi orang-orang yang derita jiwa di wilayah masing-masing. Sambil minum kopi yang disuguhkan staf Hotel Prundi Labuan Bajo menambahkan energi dari dua hari kegiatan di Hotel LaPrima Labuan Bajo. Kurang lebih dua jam kami saling berbagi pengalaman.
Pamit Pulang
Kami berangkat dari Hotel Prundi Labuan Bajo ke arah Timur. Berputar di Kota Labuan Bajo. Yang lain dengan sepeda motor. Kurang lebih 10 menit dari Prundi ke Kampung Nggorang.
Tiba di pertigaan Kampung Nggorang, kami belok kiri ke arah Terang. Kami singgah di Kompleks Biara Ordo Serikat Maria Montfortan.
Di biara itu ada keluarganya om Engkos yang imam. Kami bertemu dengan Pater Marsel, SMM di Lopo Kebun di depan Biara tersebut. Di kebun biara banyak sayur-sayuran. Di situ kami saling sapa dan memperkenalkan diri.
Pater Marsel bertanya, semua dari KKI? Dimana Pater Avent Saur, SVD? Serempak kami menjawab iya Pater. Pater Avent sedang di Kota Labuan Bajo. Saat itu kami berlima, saya (Markus Makur), Engkos atau Engki, Nansi, Toni dan Om Nobi.
Tak lama kemudian, seorang aspiran, calon imam Serikat Maria Montfortan menyuguhkan kami minuman kopi, sebagaimana kebiasaan budaya orang Manggarai. Ramah.
Dari biara SMM Nggorang, kami berangkat pukul 16.00 Wita. Dua sahabat lainnya, Rosis dan Louis, sudah berangkat duluan dengan sepeda motor. Kami saling kontak.
Mereka (baca Rosis dan Louis) menginformasikan bahwa mereka menunggu di tembok Ratapan Melo.
Di sebut tembok Ratapan Melo karena lokasi itu tempat longsor di jalan Trans Flores Ruteng-Labuan Bajo. Di lokasi yang sudah dibangun sangat bagus oleh Pemerintah dengan tembok yang kokoh ada lapak untuk minum kopi dan jual pisang goreng yang dikelola oleh ibu-ibu di sekitar tempat tersebut.
Kami berhenti dan minum kopi dan makan pisang goreng untuk menghangatkan badan karena cuaca sudah dingin.
Harganya sangat murah. Satu gelas kopi dijual dengan harga Rp 5000; sedangkan harga pisang goreng Rp 1000; Harga itu sangat murah. Cocok untuk para peziarah yang melintasi jalan Trans Flores yang memiliki uang di dompet pas-pasan.
Waktu itu kami duduk di atas tembok ratapan yang sudah dibangun sangat permanen sambil menikmati segelas kopi dan aroma kopi khas Mbeliling yang sangat menyegarkan.
Melanjutkan Perjalanan
Selesai minum kopi, kami melanjutkan perjalanan ke Bambor-Lembor-Cancar. Memasuki kawasan persawahan Lembor, om Nobi menginformasikan bahwa bensin sudah menipis.
Untuk itu, kami tidak lagi singgah di beberapa tempat sebab waktu sudah malam. Kami mengejar jam tutup tempat SPBU di sepanjang perjalanan Trans Flores.
Setiba di SPBU Cumbi sudah tutup. Melanjutkan perjalanan menuju ke SPBU Mbaumuku juga sudah tutup. Kami mencari Pertamina Mini di seputaran Kota Ruteng juga sudah tutup. Kami sangat kuatir.
Lalu kami makan malam di rumah saudaranya Om Rosis di Kota Ruteng. Waktu menunjukkan pukul 21.00 Wita.
Selesai makan malam, kami melanjutkan perjalanan dari arah Kota Ruteng ke bagian Timur sambil melihat kiri kanan di sepanjang jalan Pertamina Mini. Semua sudah tutup.
Semua pada kuatir dan gelisah. Saya duduk di bagian depan dengan tenang sambil berdoa dalam hati.
Memasuki wilayah Perkampungan Mano, bensin makin menipis dan Om Nobi mengatakan bahwa kita tak bisa melanjutkan perjalanan karena bensin mau habis. Menambahkan kekuatiran. Semua Pertamina Mini sudah tutup.
Om Louis dari belakang dengan sepeda motor. Malam itu kami sepakat untuk jalan bersama-sama.
Bensin Mobil Sangat Menipis
Di pertigaan Bealaing, kondisi bensin di mobil Cahaya Surya sudah sangat menipis.
Menanyakan orang yang sedang berdiri di Pertigaan Bealaing. Tanya barangkali masih ada yang buka Pertamina Mini.
Om Louis mencari dengan sepeda motornya. Semua pada tutup. Kami berhenti cukup lama. Badan sudah lelah.
Apalagi Om Nobi sangat lelah karena mengendarai kendaraan dari Labuan Bajo.
Om Nobi menyakinkan kami bahwa kondisi bensin ini masih bisa jalan. Akhirnya kami jalan lagi hingga di ujung Kampung Bealaing.
Di tempat itu kami sepakat berhenti karena kuatir mobil macet di tengah jalan.
Berhenti di Pinggir Jalan Sambil Kontak Sahabat Lain
Bersyukur Om Engkos dan Nansi masih berhenti di rumah keluarga mereka di Kampung Poka, Ruteng.
Saya mengontak Nansi dan Engkos untuk menginformasikan bahwa bensin di mobil kosong.
Tolong bantu cari bensin satu jerigen, berapapun harganya. Kami menunggu di ujung Kampung Bealaing.
Sambil menunggu, Om Lois memarkir sepeda motornya. Om Nobi, Rosis, Toni tidur karena sudah larut malam.
Saya tidak bisa tidur dan menunggu kabar dari Engkos dan Nansi. Tak lama kemudian mereka (baca Engkos dan Nansi) mengabarkan bahwa ada jual bensin dalam jerigen dengan harga sekian.
Saat itu saya bilang tolong beli satu jerigen. Pakai saja dulu uangnya. Nanti disini diganti.
Hati saya sangat bersyukur atas persahabatan ini. Seandainya Om Engkos dan Nansi sudah duluan ke Borong maka malam itu kami tidur di bemo di pinggir jalan di Kampung Bealaing.
Menunggu Satu Jam
Kurang lebih satu jam kami menunggu di pinggir jalan di Kampung Bealaing.
Akhirnya mereka (baca Om Engkos dan Nansi) tiba sambil membawa satu jerigen bensin. Syukur atas kebaikan ini.
Hati saya berbicara. Bensin ada, kesulitan lain adalah tidak ada selang untuk mengisi bensin ke tangki bensin. Om Nobi memiliki pengalaman dalam mengatasi kesulitan tersebut.
Ia ambil botol air minum ukuran kecil. Membagi dua. Bagian yang ada tempat minumnya dijadikan corong untuk mengisi bensin.
Akhirnya kesulitan bensin sudah teratasi. Waktu itu pukul 23.15 Wita. Kami melanjutkan perjalanan. Mereka yang mengendarai sepeda motor berada di bagian depan.
Kami tiba di Kota Borong pukul 00.30 Wita. Bersyukur Pertamina Mini di Kampung Peot masih buka dan Om Nobi mengisi tambah bensin untuk melanjutkan perjalanan ke Kota Waelengga.
Subuh itu kami hantar Om Rosis ke rumah kontrakannya di perkampungan Peot, Kelurahan Peot, Kecamatan Borong.
Saya, Om Nobi dan Toni Ndoen melanjutkan perjalanan menuju ke Kota Waelengga, ibu kota Kecamatan Kota Komba.
Sepanjang perjalanan kami biasa bercerita tentang apa saja. Tidak ada kekuatiran berkaitan dengan kekurangan bensin.
Saya merasa bersyukur bahwa Tuhan Yesus selalu menuntun dan melindungi ziarah persahabatan di muka bumi. Tentu dengan syarat berbuat baik sesuai kehendakNya.
Berbuat lebih baik dari kata-kata. Jejak perbuatan baik akan membekas sepanjang masa sementara omongan akan hilang bersama dengan waktu.
Benar dalam SabdaNya “jangan takut, Aku menyertai kamu selama-lamanya. Peristiwa itu mengingatkan saya bahwa jangan mengandalkan kemampuan diri saya sendiri melainkan sertakan Tuhan Yesus dalam ziarah hidup, baik suka maupun duka, untuk dan malang. Untuk itu jangan mengandalkan uang dalam setiap usaha dan perjuangan. Lakukanlah KehendakNya, yang lain akan ditambahkan kepadamu. Renungan singkat dalam hati saya dalam perjalanan Borong-Waelengga.
Akhirnya kami tiba di Kota Waelengga. Istri saya belum tidur sementara dua anak kami sudah tidur. Tiba pukul 02.00 wita subuh.
Dari pukul 15.30-02.00 wita subuh. Badan lelah. Tapi Tuhan memulihkan tubuh kami saat istirahat. Om Nobi kembali ke rumahnya di kawasan Waewole, Kelurahan Watunggene.
Tidak Takut di Tengah Situasi Pandemi Covid-19
Ketenangan dan mengandalkan Tuhan saat situasi pandemi Covid-19 global memberikan rasa tidak takut.
Memang sepanjang 2021 lalu, saya baru pertama kali ke Kota Labuan Bajo.Itupun mengikuti aturan protokol kesehatan yang ketat.
Minggu 10 Oktober 2021, Kami, relawan KKI Manggarai Timur tes antigen. Bersyukur hasilnya negatif. Saat itu kami berangkat jam 10.00 wita dan tiba di Hotel LaPrima Labuan Bajo pukul 18.00 wita.
Memang laju pandemi Covid-19 di wilayah Flores Barat agak menurun sehingga berbagai aktivitas pemerintah bisa dilaksanakan dengan syarat menaati protokol kesehatan yang ketat.
Inilah pengalaman hidup yang sangat berharga di tengah pandemi Covid-19 global. Saya pegang Sabda Allah, jangan takut, Aku menyertai kamu sepanjang masa.
Saya akui bahwa pikiran sangat terganggu dengan situasi global pandemi Covid-19 dari pertengahan tahun 2020 hingga 2021 dan saat ini situasi penyebaran pandemi masih berlangsung.
Belum ada tanda-tanda pemulihan dan normal kembali. Yang untung dari pandemi global Covid-19 ini pemilik teknologi yang mengembangkan teknologi terbaru dengan berbagai aplikasi-aplikasi, seperti zoom dan lain sebagainya.
Saya percaya bahwa Berjalan Bersama Tuhan Yesus dari Nazaret sangat membahagiakan, asyik dan tak ada ketakutan sedikitpun. Saya berharap bahwa saya dipakai untuk bekerja di bengkel kata dari Nazaret.
Dan bagi saya pribadi, Yesus dari Nazaret adalah wartawan Sejati. Wartawan Kasih sebab Ia mengutamakan warta kasih sebab Ia sendiri adalah Sang Kasih.
Markus Makur adalah seorang jurnalis yang menulis kisah humanis dari pinggiran. Dia Koordinator Relawan KKI Pedi Sehat Jiwa. Tinggal di Kota Waelengga.