Labuan Bajo, Vox NTT-Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) RI, Sandiaga Salahuddin Uno menyampaikan, penyelenggaraan Festival Golo Koe dapat meningkatkan spiritualitas dan solidaritas antarumat beragama serta memperkenalkan kekayaan budaya lokal ke kancah nasional dan internasional sehingga berdampak pada peningkatan kunjungan wisatawan.
“Kami berharap event ini dapat memberi kontribusi positif terhadap dunia pariwisata di Manggarai Raya, dengan terbukanya lapangan pekerjaan yang berdampak pada pertumbuhan perekonomian daerah,” jelas Sandi saat membuka Festival Golokoe Labuan Bajo pada 10 Agustus lalu.
Festival Golo Koe yang belangsung selama enam hari, mulai dari tanggal 10 – 15 Agustus 2023 ini menjadi arena wisata religi budaya bagi para pengunjung yang memadati titik-titik yang menjadi lokasi penyelenggaraan festival, antara lain di Waterfront City kawasan Marina Labuan Bajo, lokasi ziarah Goa Maria Golo Koe, titik-titik kegiatan parade yang dilakukan di sepanjang jalan dalam kota Labuan Bajo.
“Festival ini berciri inklusif, merangkul semua anak bangsa dari pelbagai suku, budaya, dan keragaman agama. Mari kita rayakan persaudaraan lintas batas dalam festival ini,” kata Uskup Ruteng, Mgr. Siprianus Hormat saat pembukaan Festival.
Mgr. Siprianus Hormat menegaskan bahwa Festival Golo Koe bukan sekadar event bertema religi, tetapi juga merupakan event pariwisata berciri inklusif dan sekaligus menjadi momentum perayaan kebersamaan lintas batas.
Gelaran Festival Religi berbalut seni budaya dan sekaligus lingkungan ini dibuka dengan pentas seni budaya, parade Marching Band dari SMPK St. Ignatius Loyola, parade budaya perwakilan 82 paroki, komunitas dan lembaga di Keuskupan Ruteng, serta drumband dari MAN Manggarai Barat.
Selain parade, beragam tarian dan ritual budaya setempat juga menyemarakkan Festival, seperti Tarian Sanda Lelang dan Jaga Wela Bombang, Penerimaan secara adat (Kepok Tiba Meka), dan Tarian Tiba Meka yang ditarikan 350 penari dari perwakilan SMAK St. Ignatius Loyola dan Unika Santu Paulus Ruteng. Tarian Tiba Meka (menerima tamu) sendiri merupakan tarian khas Manggarai untuk menunjukan adab orang dalam Reis (nenyapa), Raos (harmonis/persaudaraan), dan Raes (ada bersama).
Sebanyak 152 UMKM turut hadir meramaikan Event. UMKM yang berasal dari komunitas, paroki, dan perorangan baik dari bidang kriya, fashion, maupun kuliner di wilayah Keuskupan Ruteng yaitu Kabupaten Manggarai, Manggarai Barat, dan Manggarai Timur memberi daya tarik tersendiri bagi para wisatawan yang ingin berbelanja.
Direktur Utama Badan Pelaksana Otorita Labuan Bajo Flores (BPOLBF), Shana Fatina mengungkapkan penyelenggaran event-event berskala nasional maupun internasional sepanjang tahun 2023 menjadi peluang bermanfaat bagi bagi para pelaku UMKM lokal yang saat ini giat melakukan inovasi guna meningkatkan kualitas produknya, terutama jumlah pelaku UMKM yang berpartisipasi dalam Festival Golo Koe kali ini lebih banyak.
“Penyelenggaraan event-event seperti ini menjadi peluang yang baik untuk penyerapan produk ekraf. Ke depannya, semua UMKM kami buatkan databasenya untuk keperluan pengembangan produk baik dari segi konten maupun kemasan melalui program kolaborasi kami bersama Kemenparekraf seperti Bedah Kemasan Like Exotic NTT dan juga Floratama Academy untuk membantu akses pasar lebih luas bagi para pelaku UMKM,” jelas Shana.
Lebih lanjut Shana menekankan, ke depannya BPOLBF akan terus memperkuat kemitraan dengan Keuskupan Ruteng untuk mewujudkan pariwisata inklusif dan berkelanjutan yang menjadikan pariwisata di Labuan Bajo Flores mudah diakses dengan melibatkan kontribusi seluruh lapisan masyarakat.
Salah satu yang menjadi highlight Festival Golo Koe, adalah Prosesi Perarakan Laut dan Darat Bunda Maria Assumpta Nusantara, yang dilaksanakan pada hari ke-4 dan diikuti oleh umat Keuskupan Ruteng di Tiga Manggarai dan dipimpin langsung oleh Uskup Ruteng.
Perarakan dimulai dari Gereja Stela Maris Labuan Bajo dilanjutkan ke Dermaga Kampung Ujung dan diterima dengan Tarian dari Paguyuban Ende Lio, kemudian dilanjutkan kembali dengan Prosesi Laut.
Lebih dari 20 perahu ketinting mendampingi kapal perarakan menuju dermaga Waterfront City dan dilanjutkan dengan doa bersama sembari berjalan menuju tempah ziarah Gua Maria di Golo Koe.
Atraksi religi yang menjadi unggulan Festival Golo Koe ini disambut antusias masyarakat dan pengunjung yang hadir.
“Saya mengikuti prosesi ini dengan penuh rasa haru karena baru pertama kali mengikuti perarakan patung Bunda Maria yang seperti ini, di laut dan darat. Selama 3 malam berturut-turut saya bersama teman-teman juga selalu ke Waterfront untuk menonton berbagai atraksi yang disuguhkan dan berbelanja produk kuliner yang disediakan di booth UMKM,” ujar Windi, salah seorang pengunjung Festival Golo Koe.
Setelah berlangsung selama 4 hari, event yang melibatkan 1.500 peserta dari 86 komunitas dan lembaga di Keuskupan Ruteng ini terus ramai dipenuhi wisatawan yang jumlahnya mencapai ribuan pengunjung, terutama pada pukul 16.00 WITA hingga malam hari.
Dalam festival ini, para pengunjung baik wisatawan lokal maupun manca negara disuguhi dengan penampilan pentas Sendratasik (Seni, Drama, Tari, dan Musik) dari berbagai paguyuban etnik, paroki, komunitas dan sekolah-sekolah. Tidak saja mengenalkan budaya lokal yaitu Manggarai Raya, event ini juga diisi oleh penampilan dari komunitas etnis seperti Jawa dengan Tarian Reog Ponorogo serta penampilan tarian dari Entis Nagekeo. [VoN]