Redaksi, Vox NTT- Ranamasa adalah nama sebuah kampung. Daerah tempat tinggal ratusan warga itu sangat udik, jauh dari keramaian.
Dia berada di pedalaman hutan Negara Golo Munga, Desa Golo Munga Barat, Kecamatan Lamba Leda, Kabupaten Manggarai Timur (Matim), NTT.
Ranamasa boleh dibilang sebuah kampung yang tersembunyi di tengah hutan. Dia berada di lembah yang dikelilingi bebukitan hutan.
Di bagian selatan kampung ini terdapat pohon rindang yang begitu tinggi. Pandangan mata tidak dengan bebas melihat sebab ditutupi pohon kemiri milik warga.
Tanaman perkebunan tersebut juga dilapisi beragam pohon yang tumbuh apit di kawasan hutan Negara Golo Munga di bagian selatannya.
Sedangkan di bagian timur Kampung Ranamasa terdapat sebuah kali kecil. Airnya begitu jernih keluar dari akar kayu hutan. Hawa alamnya cukup terasa.
Di bagian timur kali itu terdapat bukit yang ditumbuhi ribuan pohon jambu mete dan kemiri milik warga.
Selanjutnya, di bagian utara terdapat lembah yang juga dihiasi ratusan tanaman perkebunan warga.
Begitu pun di bagian baratnya. Ada tebing yang juga ditumbuhi pepohonan rindang dari hutan Negara Golo Munga.
Rumah-rumah warga banyak terbuat dari kayu. Ada yang rumah panggung. Ada yang lantainya semen. Ada juga lantainya tanah.
Inilah sekilas tentang posisi Kampung Ranamasa. Mirisnya, warga Ranamasa terus diimpit penderitaan karena keterisolasiannya.
Situasi pilu yang mendera masyarakatnya sudah berlangsung puluhan tahun. Entah sampaikan kapan. Tak ada satu pun yang tahu persis, mungkin tanpa batas.
Baca Juga:
Tak ada akses transportasi menuju ke sana. Tak ada fasilitas kesehatan, dan lain-lain. Apalagi listrik, warga hanya ditemani lampu pelita untuk penerangan malam.
Tahun 2015 memang sudah ada sekolah definitif. Namanya SDN Mengge. Namun hingga kini masih menggunakan gedung darurat. Dindingnya dari anyaman bambu. Lantainya tanah.
Menuju ke sana harus berjalan kaki dari jalan raya Benteng Jawa- Satar Teu. Jaraknya sekitar 4 KM dan ditempuh sekira 1,5-2 jam.
Medannya cukup terjal di tengah hutan Negara Golo Munga. Di jalan kecil yang sering ditapaki, banyak ditumbuhi batu-batu tajam. Tak jarang warga meringis, jika kaki mengenai batu-batu tajam itu.
Hingga kini masyarakat Ranamasa terus hidup terkungkung karena keterisolasian wilayahnya. Belum lagi ada kisah, beberapa pasien yang harus digotong dengan menggunakan bambu menuju Puskesmas Weleng, Desa Nampar Tabang.
Masyarakat Ranamasa selalu berharap akan itikad baik pemerintah. Mereka sadar salah satu kendala utama dalam menunjang aktivitas pembangunan adalah keterisolasian masyarakatnya.
Keterbatasan akses ke Kampung Ranamasa memberi dampak yang sangat besar terhadap percepatan pembangunan oleh pemerintah.
Terbatasnya sarana perhubungan ke kota merupakan masalah serius yang membatasi akses dari masyarakat Ranamasa.
Belum lagi jika mereka hendak menjual hasil komoditi. Warga terpaksa bahu membahu memikul hasil pertanian menuju jalan raya.
Memikul sambil menapaki lereng bebukitan tentu saja menambah deretan kisah pilu untuk warga Ranamasa. Jika langkah kaki tak hati-hati, maka jurang maut bakal menyambut riang.
Dari hari ke hari, dari tahun ke tahun, dari pemilu ke pemilu, masyarakat Ranamasa hanya berharap mereka bisa perlahan keluar dari keterisolasian wilayahnya.
Penulis: Ardy Abba