Kupang, Vox NTT-Perhimpunan Mahasiswa Pocoranaka Timur (Permaporatim) Kupang menjawabi berbagai tantangan generasi milenial dengan menggelar Masa Penerimaan Mahasiswa Baru (MPAB).
Kegiatan ini diselenggarakan selama tiga hari sejak Jumat (09/11/2018) sampai Minggu (11/11/2018) bertempat di aula Taman Doa Oebelo, Kabupaten Kupang.
Leo Agung Adiginarto, ketua umum Permaporatim mengatakan, latar belakang kegiatan tersebut bertujuan untuk menjawabi kegelisahan mahasiswa era milenial yang terjangkit virus individualistik dan hedonistik.
Leo, demikian disapa, menegaskan mahasiswa perlu ditanami nilai intelektualitas, kepemimpinan dan kekeluargaan agar tidak tergerus virus negatif kemajuan zaman.
Dikatakan, di era revolusi 4.0 dimana terjadi revolusi digital dan komunikasi berbasis internet, generasi milenial cenderung bersikap masa bodoh dengan lingkungan sekitarnya.
“Generasi ini cenderung terlena dalam zona nyaman internet dan tak peduli dengan masalah sosial. Padahal mahasiswa harus menjadi agen perubahaan zaman agar melahirkan perubahaan sosial,” katanya.
Untuk mengatasi masalah tersebut, Leo menerangkan, organisasi Permaporatim telah menyiapkan tiga nilai dasar organisasi yakni nilai intelektualitas, nilai kepemimpinan dan kekeluargaan.
Dalam nilai intelektualitas anggota baru diajarkan untuk berpikir kritis dan peka terhadap masalah sosial.
Dalam nilai kepemimpinan, anggota baru diajarkan untuk mampu memimpin diri sendiri seperti disiplin waktu, puasa internet untuk baca buku dan diskusi, memiliki visi-misi pribadi dan bersama, serta target pencapaian yang terukur.
Sementara dalam nilai kekeluargaan, anggota baru dilatih untuk memiliki kepekaan emosional, dilatih mengasa rasa persaudaraan dan saling membantu menyelesaikan masalah sesama.
“Nilai kekeluargaan yang dimaksud tidak hanya membangun spirit persaudaraan antar sesama anggota Permaporatim, tetapi kekeluargaan yang universal berlandaskan spirit kemanusiaan” tegasnya.
Ketua panitia, Yuliana Ardesi menambahkan, ketiga nilai dasar organisasi Permaporatim tersebut didaratkan lewat pemaparan materi dan praktek.
“Lewat materi, mereka bisa mendapatkan konsep dan pengetahuan, sementara dalam praktek mereka bisa langsung menghayati nilai-nilai tersebut,” kata Yuliana.
Abel Harapan, salah satu peserta yang mengikuti kegiatan ini mengaku bangga mengikuti kegiatan tersebut.
“Saya senang karena saya bisa belajar untuk keluar dari zona nyaman. Itu tidak hanya dalam teori tapi langsung praktek” katanya.
Kontributor: Yuliana
Editor: Irvan K