Atambua,Vox NTT-Pariwisata merupakan salah satu sektor andalan Pemerintah Kabupaten Belu dalam upaya meningkatkan Pendapatan Asli Daerah(PAD) Kabupaten Belu.
Pemkab Belu baik secara mandiri maupun atas dukungan dari Pemerintah Pusat pun sering menyelenggarakan event yang bertujuan menarik minat wisatawan, baik lokal mapun mancanegara untuk berwisata ke Belu.
Sejumlah obyek wisata sering dipromosikan guna dikenal khayalak umum dan dikunjungi wisatawan.
Ironisnya, berbagai promosi itu tidak diikuti dengan pembenahan obeyk destinasi. Sejumlah tempat wisata di Kabupaten yang berbatasan langsung dengan negara RDTL ini belum dikelola dengan baik, bahkan terkesan amburadul.
Pantauan VoxNtt.com, Minggu (29/07/2019), sejumlah destinasi wisata di Kecamatan Kakuluk Mesak, seperti di Pantai Pasir Putih, Pantai Sukaerlaran dan Teluk Gurita, kondisi fasilitasnya sangat memprihatinkan.
Padahal, setiap akhir pekan, ketiga pantai ini selalu menjadi tempat wisata andalan masyarakat kabupaten Belu.
Di tempat wisata Sukaer Laran, loket masuk tidak dijaga petugas dari Dinas Pariwisata. Di sana hanya terdapat beberapa orang remaja, dengan potongan kertas yang diakuinya didapat dari hasil copian.
“Kami hanya foto copy dan jaga saja,” aku salah satu remaja yang memegang karcis.
Karcis itu tidak dikasih nomor dan stempel dengan tarif sekali masuk, pengunjung dipungut Rp 5.000,00.
Uang pungutan pun tidak diketahui diserahkan kepada siapa. Yang mereka tahu, setiap hasil pungutan akan diserahkan kepada kakaknya.
Selain pungutan masuk yang terkesan asal-asalan, tempat wisata ini juga dipenuhi dengan tumpukan sampah plastik yang tidak terurus. Fasilitas air bersih juga sangat sulit.
“Fiber itu air tidak ada.Kalau butuh air di sebelah,” ujar salah satu pengunjung, sambil menunjuk ke arah rumah warga sekitar yang memiliki sumur.
Tidak hanya pantai Sukaer Laran yang tidak terurus dengan baik. Kondisi Pantai Pasir Putih lebih memprihatikan.
Pada karcis masuk tertera Rp 2.500,00 untuk sekali masuk, namun pengunjung diminta untuk membayar Rp 5.000,00.
Di dalam area wisata yang pengungjungnya padat pada akhir pekan, wisatawan harus merogo kocek sebanyak Rp 3.000,00 lagi apabila ingin menggunakan fasilitas kamar mandi atau WC.
Terdapat tiga unit kamar mandi, namun dua sudah rusak dan tidak terawat. Sementara satu unit yang masih bisa digunakan, disewakan kepada pengunjung dan dikelola oleh warga sekitar.
Selain kondisi kamar mandi yang tidak terawat, terdapat sebuah bak penampung air yang juga tidak digunakan dan sudah dalam kondisi rusak.
“Bak besar itu tidak dipakai. Biasa saya dengan bapak timbah air dan isi di bak yang ada di satu kamar mandi yang masih baik,” ujar Yuliana Luru, yang membantu suaminya membersihkan lokasi wisata pantai pasir putih.
Ke sana, pengunjung tak hanya kesulitan untuk mengakses air bersih. Jika berkunjung di siang hari, maka bersiaplah untuk menantang teriknya panas matahari.
Sebab, di tempat wisata primadona masyarakat Kabupaten Belu ini, masih sangat minim pendopo-pendopo kecil untuk berteduh. Bahkan, dari beberapa pendopo yang tersedia, ada yang kondisinya sudah rusak.
Tidak hanya itu, saat pengunjung lagi bersantai bersama keluarga, pengunjung harus berhati-hati dengan barang bawaan, terutama makanan. Karena, di tempat wisata ini, hewan peliharaan masyarakat seperti babi masih dilepas berkeliaran bebas di area tempat wisata.
Hermina, salah satu pengunjung, berharap Dinas Pariwisata Kabupaten Belu segera membenahi pengelolaan tempat wisata ini, sehingga tidak terkesan ada pungutan liar dan pengungjung tidak kesulitan untuk mengakses air bersih dan fasilitas MCK.
“Ini yang motor sekali masuk bayar Rp 5.000,00. Kalau yang pakai oto (mobil-red) bayar Rp 25.000,00. Coba pemerintah pakai uang itu supaya perbaiki fasilitas yang ada di dalam ini. Ini kita sudah bayar di depan, sampai dalam harus bayar lagi,” keluh Hermina, di Pantai Pasir Putih, Mingggu (29/07/2019).
Penulis: Marcel Manek
Editor: Boni J