Labuan Bajo, Vox NTT- Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Manggarai Barat (Mabar) Theresia P. Asmon mengimbau masyarakat yang memiliki ternak babi untuk lebih memperhatikan kebersihan kandang, termasuk pakan harus menggunakan hasil olahan sendiri.
Theresia mengimbau hal itu untuk mencegah penyebaran virus African Swine Fever (ASF) atau Demam Babi Afrika di Manggarai Barat.
“Kami sudah petakan potensi dari penyakit itu sendiri. Yang pertama itu kan kontak langsung dengan babi hidup atau produk olahan babi yang tertular. Contohnya kalau babi sakit kontak dengan apa saja, manusia, kandang, pakaian. Jika terkena babi hidup itu pasti akan sakit. Babi yang awalnya sehat pasti akan sakit. Kandang harus dijaga oleh pemiliknya. Jangan biarkan orang lain leluasa untuk keluar masuk,” ungkap Theresia saat ditemui VoxNtt.com, Selasa (03/03/2020).
Ia menegaskan, pihaknya telah mengeluarkan surat larangan bagi hotel dan restoran yang menyediakan produk olahan daging babi untuk tidak menerima supply dari Kupang dan Bali.
Hal ini dikarenakan terdapat beberapa restoran dan hotel yang selama ini menyediakan produk olahan daging babi yang didatangkan dari Kupang dan Bali.
“Kami sudah mengeluarkan surat larangan bagi restoran dan hotel yang menyediakan produk olahan babi untuk tidak menerima olahan daging babi dari Palau Timur atau dari Bali. Sebelum adanya virus ini, banyak pihak hotel dan restoran yang supply daging babi dari Kupang. Seperti daging Se’i setengah jadi,” lanjut Dokter Hewan itu.
Selain itu juga pihaknya telah memberikan edukasi bagi masyarakat, khususnya peternak babi untuk tidak mengumpulkan sisa makan dari hotel dan restoran.
“Untuk pakan ternak babi diimbau untuk menggunakan pakan olahan sendiri,” pinta mantan Sekretaris Dinas Pariwisata Kabupaten Manggarai Barat itu.
Baca Juga: Karnaval Komodo Dihadiri Lebu Raya dan DPRD PDIP NTT
Theresia berharap agar ada pertemuan Kepala Daerah se-Flores guna membahas kejadian ini.
Pertemuan itu tentu saja untuk membangun sinergi dari setiap kabupaten yang ada di Pulau Flores dalam mencegah masuknya virus tersebut.
Baca Juga: Festival Komodo Kucurkan Dana 1 Miliar Lebih
“Selain itu, pertemuan itu nantinya juga harus membahas kebijakan ekonomi yang harus diambil terkait pemasaran daging babi di Pulau Flores,” lanjutnya.
Sementara itu, salah satu peternak babi Maksimus Jehamun dan beberapa peternak lainnya mengeluhkan kepada DPRD Mabar terkait adanya larangan yang dikeluarkan oleh Bupati Ngada beberapa waktu yang lalu untuk tidak menerima pasokan babi dari wilayah Manggarai Raya.
Hal ini, kata Maksimus, tentu berdampak pada pelaku usaha ternak babi yang ada. Dengan adanya larangan tersebut, peternak babi yang ada di wilayah Manggarai Barat bingung dalam memasarkan hewan ternak mereka.
Selama ini, hewan ternak babi dari Manggarai Barat banyak dipasarkan di Bajawa, Kabupaten Ngada.
“Kami bingung dengan adanya pelarangan tersebut. Kami tidak tahu ini akan berlangsung sampai kapan dan tidak tahu mau dijual ke mana hewan kami ini. Saya saja punya belasan hewan babi yang batal dijual, belum teman-teman yang lain,” ujar Maksimus usai menemui DPRD Mabar, Selasa (03/03/2020).
Maksimus berharap agar larangan ini tidak berlaku dalam waktu yang lama dan adanya solusi yang terbaik agar bisa keluarkan persoalan tersebut.
Untuk diketahui, hingga kini sedikitnya 2.983 babi yang tersebar di lima kabupaten/kota di Nusa Tenggara Timur (NTT) mati akibat terserang virus African swine fever (ASF) atau demam babi Afrika. Karena itu, Pemerintah NTT menetapkan status siaga satu virus demam babi Afrika.
Menurut data yang dimiliki Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi NTT, terdapat lima kabupaten yang sudah terserang virus ASF yakni Belu, Malaka, Timor Tengah Utara, Timor Tengah Selatan, Kabupaten Kupang dan Kota Kupang.
Penulis: Sello Jome
Editor: Ardy Abba