Atambua, Vox NTT-Meski menelan anggaran hampir 1 miliar, progres rehabilitasi ruang untuk dijadikan laboratorium tes (Polymerase Chain Reaction/PCR) di RSUD Mgr.Gabriel Manek Atambua tersendat karena keterlambatan material.
Keterlambatan material ini mengakibatkan penyelesaian pekerjaan di bagian dalam laboratorium sudah mandek satu bulan.
Pekerjaan terhambat ada pada lantai, di mana hingga Rabu (03/10/2021) belum dikerjakan. Alasannya bahan finil belum disediakan oleh kontraktor pelaksana.
Renovasi ruangan untuk dijadikan laboratorium PCR ini menelan anggaran sebesar Rp951.937.611 yang bersumber dari Dana Alokasi Umum Kabupaten Belu (DAU) 2021.
Dari total anggaran tersebut, komponen yang direhab tidak signifikan karena omponen utama bangunan seperti lantai, tembok, dan plafon, serta atap tidak direnovasi sebab masih baik dan layak untuk dipakai.
Kegiatan renovasi hanya berupa perombakan ruangan dengan memasang partisi baru menggunakan kaca.
Sebelumnya pada ruangan tersebut terdapat dua kamar dan dipasang partisi kaca menjadi tiga kamar.
“Pekerjaan kaca partisi ini menelan anggaran sebesar Rp141.000.000,” jelas Ketua Tim Pelaksana Teknis (TPK) Wilibrodus Ukat ketika ditemui di lokasi proyek, Rabu petang (03/11/2021).
Selain itu, komponen yang ikut dikerjakan adalah penambahan finil lantai antibakteri yang hingga kini belum dipasang.
Untuk pekerjaan ini, membutuhkan anggaran sebesar Rp42.138.000 dengan diamenter 111.7 meter persegi. Lalu, volume ruangan yang direnovasi adalah 14 x 11.3 meter.
Selain kedua pekerjaan tersebut, pihak kontraktor juga diminta untuk menyiapkan pass box yang menurut kontraktor kedua pass box tersebut baru dipasang pada Selasa (2/11/2021).
Sebagai penanggung jawab teknis, Wilibrodus telah mewanti-wanti kontraktor sejak awal agar memesan lantai finil sejak dini guna menghindari keterlambatan.
Namun imbauannya diabaikan kontraktor pelaksana hingga berdampak pada terlambatnya progres pekerjaan bagian dalam laboratorium.
“Saya sudah ingatkan sejak awal untuk memesan finil lantai antibakteri karena kalau harus pesan di luar negeri, tentu butuh waktu sehingga saya minta mereka (kontraktor) untuk pesan sejak awal tapi mereka tidak menghiraukan. Ini sudah terlambat satu bulan dan Pak Bupati perintahkan saya untuk buat surat teguran ke kontraktor,” ujar Wilibrodus.
Ia mengaku sejauh ini sudah terjadi keterlambatan, di mana presentasi pencapaian tidak sesuai dengan target.
Kontraktor pelaksana CV Senjaya yang dikonfirmasi melalui direkturnya, Benyamin Lasakar, mengakui pekerjaannya terlambat akibat bahan lantai finil antibakteri yang belum tiba di lokasi.
Meski sudah memasuki minggu ke 9 dan tersisa 3 minggu lagi, namun proyek tersebut tidak berjalan sesuai harapan.
Sejauh ini, kata Benyamin, lantai finil antibakteri sementara dalam pengiriman dan dalam waktu dekat sudah tiba di lokasi proyek.
Menurut dia, hingga kini keterlambatan pekerjaan sebanyak 5% dari target.
“Terus terang, kami sedikit mengalami keterlambatan pengiriman barang karena kapal barang sangat dibatasi untuk kirim barang. Tapi posisi barang sudah di pelabuhan dan akan tiba di Atambua besok,” kata Benyamin, Rabu malam.
Pantuan awak media di lokasi proyek yang kontraknya akan selesai pada 20 November 2021 mendatang ini, para pekerja tengah memasang batu puffing di bagian depan depan laboratorium yang direhab.
Penulis: Marcel Manek
Editor: Ardy Abba