Kupang, Vox NTT- Gelaran event Pesta Paduan Suara Gerejani Katolik (Pesparani) II Tingkat Provinsi NTT menjadi instrumen penting untuk menjaga harmonisasi dan memperkokoh toleransi dalam membangun persaudaraan antarumat beragama.
Kegiatan yang diselenggarakan di Aula Immaculata Kompleks Universitas Katolik Widya Mandira (Unwira) Kupang, Minggu 4 September 2022 lalu, dihadiri rarusan kontingen dari 22 kabupaten/kota di NTT.
Aula Immaculata Unwira Kupang dipadati ratusan orang dari berbagai suku, agama dan ras, baik umat beragama musim, kristen protestan maupun hindu. Itulah toleransi di bumi Flobamora yang terus dijaga dan dipupuk.
Bukti yang paling konkret adalah umat muslim melalui Kerukunan Keluarga Sulawesi Selatan di NTT turut terlibat dan berkontribusi besar dalam menyukseskan ajang Pesparani II Tingkat Provinsi NTT di Kota Kupang.
Mereka memberikan sumbangan dengan nilai yang cukup fantastis, yakni Rp100 juta. Itu merupakan bentuk dukungan umat muslim, tanpa membedakan suku, maupun membuat sekat pemisah antar umat beragama.
Wakil Gubernur NTT, Josef Adrianus Nae Soi, yang hadir saat itu mengajak masyarakat untuk memaknai Pesparani sebagai ajang yang membawa pesan persaudaraan, perdamaian dan kerukunan antar umat beragama.
Menurutnya, Pesparani tidak boleh dipandang sebagai ajang perlombaan semata. Tetapi wajib dilihat sebagai lomba yang menyuarakan persaudaraan dan semangat persatuan dalam kebhinekaan.
“Dalam suasana Pesparani ini, mari kita jaga kekompakan. Tunjukan ke masyarakat luar, bahwa ajang ini memiliki misi besar yaitu menjaga persaudaraan dan kebinekaan antar umat beragama,” ujar Wagub Nae Soi.
Sementara itu, Uskup Agung Ende, Mgr. Vinsensius Sensi Potokota, Pr, dalam kotbahnya, meminta umat Katolik untuk meninggalkan egoisme fanateisme sempit, yang mampu membunuh persaudaraan.
“Sebagai komunitas Katolik kita ingin menegaskan komitmen kita dalam bernegara, untuk merajut kembali keragaman dalam hidup berbangsa dan bernegara,” pesan Uskup Potokota.
Sanggar Lopo Gaharu
Pada acara pembuka, Sanggar Lopo Gaharu dipercayakan oleh pantia Pesparani untuk menampilkan sejumlah tarian daerah dengan judul “Flobamora Bercerita”.
Sanggar yang berdiri sejak bulan September 2010 ini membawakan tiga tarian daerah dari tiga pulau besar yang ada di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).
“Tarian yang kami bawa itu diambil dari tiga pulau besar, yaitu dari Flores Manggarai, Sumba, Alor dan Timor. Kami sangat senang karena bisa menuangkan ide kreatif melalui pertunjukan seni, khsusnya tari,” ungkap Ketua Sanggar Lopo Gaharu, Ima Usman.
Menurut Ima, toleransi di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), khusunya Kota Kupang sudah dijaga dan dirawat dengan baik, tanpa memandang perbedaan anta suku, ras maupun agama.
“Contohnya, kalau ada perayaan atau hari raya besar umat muslim, pasti pemuda dari agama lain ikut terlabat untuk menjaga kemanan saat ibadah berlangsung. Begitu pun sebaliknya,” ungkapnya.
“Jadi toleransi di Kota Kupang ini sudah sangat kuat. Makanya kita di NTT ini merupakan daerag dengan toleransi yang sangat tinggi,” jelas Ima menambahkan.
Ia berharap, masyarakat NTT khusunya Kota Kupang untuk terus mempererat persaudaraan, dan merawat keberagaman, sehingga tidak muda terhasut dengan pengaruh buruk dari luar.
“Karena belum tentu di daerah lain memiliki budaya toleransi antar umat yang sama seperti di Kota Kupang, di mana toleransinya sangat kuat dan beragam,” pungkasnya.
Penulis: Ronis Natom
Editor: Ardy Abba