Ruteng, Vox NTT- Akhir Januari 2022, segala jerih payah, pengabdian dan kerja keras Tomy akhirnya berbuah manis. Di tahun itu, pemilik nama lengkap Bertholomeus Hermopan itu dilantik menjadi Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Manggarai oleh Bupati Herybertus Geradus Laju Nabit.
Setelah dilantik Tomy pun pindah tugas ke Ruteng setelah cukup lama mengabdi sebagai Kepala Bidang Sumber Daya Manusia, Kesehatan Perizinan dan Pemberdayaan Masyarakat Dinas Kesehatan Kabupaten Manggarai Timur di Borong.
Selama bertugas di Ruteng Ibu Kota Kabupaten Manggarai, Tomy ikut berjasa membangun Rumah Sakit Pratama Reo tipe D untuk masyarakat wilayah pantai utara, meski latar belakang program itu berasal dari Kementerian Kesehatan RI.
BACA JUGA: Gerak Cepat PLN Respons Pemadaman Listrik di RS Pratama Reo
Tomy sangat ingin rakyat Manggarai mendapat pelayanan kesehatan yang baik, minimal bisa dirawat di rumah sakit dengan sentuhan tenaga medis yang cukup memadai.
Banyak hal yang sudah diberikan Tomy untuk Rumah Sakit Pratama Reo hingga rumah sakit itu berdiri kokoh di tengah tantangan dan kritikan yang dihadapi sebelumnya.
Namun, inspirasi mengenai hal yang harus ia lakukan masih menjadi pemandangan yang begitu umum.
Tidak jarang seorang Kepala Dinas ingin program unggulannya dirasakan oleh masyarakat secara nyata. Mereka punya cara tersendiri untuk mewujudkannya.
Kepala Dinas yang satu ini mempunyai mimpi besar yang sama dengan Kepala Dinas lain.
Ia ingin jasanya dapat memberi bekas positif untuk rakyat Manggarai terutama dalam bidang kesehatan.
Dalam sebuah kesempatan wawancara VoxNtt.com, Jumat (29/09/2023),Tomy mengungkapkan mimpi besarnya untuk membangun Rumah Sakit Ibu dan Anak di Manggarai.
Pembangunan Rumah Sakit Ibu dan Anak ini rupanya terlihat begitu penting bagi Tomy karena program tersebut baginya adalah bentuk kepedulian pemerintah untuk kaum hawa dan anaknya.
BACA JUGA: Listrik di RS Pratama Reo Mati Sejak Sepekan, Pelayanan Kesehatan Terhambat
Meski tidak ada dalam aturan Kementerian Kesehatan, Tomy berharap rencana tersebut bisa diatur melalui kewenangan daerah supaya sama dengan rumah sakit swasta yang ada di daerah lain.
“Saya punya visi tersendiri untuk melangkah ke rencana itu. Kita seharusnya tidak terpaku terhadap aturan Kemenkes, intinya tidak melawan hukum. Tetapi ini masih mimpi, mudah-mudahan ada pihak yang setuju,” kata Tomy di ruangan kerjanya.
Direktur Rumah Sakit Pratama Reo ini menyebut bahwa lokasi yang tepat untuk pembangunan Rumah Sakit Ibu dan Anak itu ada di beberapa tempat, seperti Bahong Cancar Kecamatan Ruteng dan Watu Alo Kecamatan Wae Ri’i.
Maksudnya, jika ada tanah pemerintah yang kosong bisa dibangun satu rumah sakit di situ.
“Rumah sakit yang khusus merawat Ibu dan Anak, tidak gabung dengan pasien lain, sehingga mudah cara kita kontrol. Kalau ada yah kita bangun lantai dua, siapkan lahan parkirnya, pembuangan limbahnya dan lain-lain. Tetapi ini masih mimpi yah. Mimpi seorang Tomy Hermopan maksutnya. Nanti tulis judulnya mimpi,” tutur Tomy.
Pria yang digadang-gadang ikut maju dalam Bakal Calon Bupati Manggarai Timur ini juga menjelaskan, keinginannya membangun satu Rumah Sakit Ibu dan Anak di Manggarai tentu berangkat dari sebuah alasan dan latar belakang yang urgen.
Pertama, tingkat kematian Ibu & Anak di Manggarai meningkat dari tahun ke tahun.
Kedua, memudahkan dokter untuk lebih khusus mengurus ibu dan anak pada rumah sakit yang berbeda, tidak berharap pada RSUD Ruteng yang banyak melayani pasien dari berbagai jenis penyakit.
“Jadi latar belakangnya itu. Kita inginkan kematian ibu dan anak di Manggarai ini menurun termasuk bayi yang stunting. Begitu pun dengan tingkat kemudahan dokter untuk merawat ibu dan anak tidak campur lagi dengan pasien lain, seperti yang selama ini terjadi di RSUD Ruteng,” ujar Tomy.
Ia menambahkan, tingkat kematian Ibu dan Anak di Manggarai memang sangat memprihatinkan dari tahun ke tahun. Untuk itu perlu kerja keras semua pihak yang peduli.
Pada tahun 2022 jumlah kematian ibu sebanyak 7 orang dan kematian anak berjumlah 96 orang. Di tahun 2023 naik lagi menjadi kematian ibu sebanyak 10 orang dan kematian anak sebanyak 30 an lebih orang.
Kematian Ibu dan Anak ini, sambung Tomy, lebih banyak dari ibu yang melahirkan karena faktor keterlambatan rujukan, kondisi ibu dan anak yang melemah, fasilitas kesehatan yang kurang memadai serta keterampilan petugas medis yang kurang mumpuni.
“Begitulah kenyataan yang terjadi. Dari kenyataan itu timbulah sebuah mimpi besar untuk membangun satu rumah sakit yang khusus melayani ibu dan anak,” pungkas Tomy.
“Kalau di Manggarai Timur saya inginkan ada di Mano karena mudah aksesnya. Tapi sekarang saya harus berjuang di Manggarai untuk dua tahun anggaran ke depan. Tinggal kita datangkan tiga dokter kandungan dan tiga dokter anak dengan gaji 50 juta per bulan,” pungkasnya menambahkan.
Ia berharap mimpi ini terwujud demi kesehatan masyarakat Manggarai yang lebih baik.
Kontributor: Berto Davids
Editor: Ardy Abba