Oleh: Kristina Leri
Asal: Manggarai
Manja, di rahimmu hidup harapan,
Buah cinta yang kalian tanam bersama.
Namun kini, langitmu kelabu,
Angin dingin membawa berita pilu,
Dia, cinta sejatimu, telah dipanggil waktu.
Tangisanmu adalah nyanyian duka,
Dan kami semua, tak kuasa menahan air mata.
Kalimatmu yang kau ucap di rumah duka,
Menggetarkan jiwa, menusuk hingga hati terdalam:
“Sayang, beta sonde bisa hidup tanpa lu,
Lu tau kalau beta tergantung deng lu.”
Kata-katamu memeluk yang mendengar,
Menyuarakan cinta yang takkan pudar.
Meski raganya telah pergi,
Roh kasihnya tetap di Hatimu,
Mengalir dalam setiap detak jantungmu.
Manja, jangan biarkan gosip menyentuh hatimu,
Itu hanya bisikan angin yang tak tahu rasa.
Orang bicara tanpa mengerti luka,
Namun kau tahu, cinta kalian lebih kuat dari suara dunia.
Kamu adalah ibu yang kuat,
Bukan hanya untuk dirimu,
Tapi untuk nyawa kecil yang sedang kau jaga,
Sebuah anugerah yang dia tinggalkan,
Bukannya perpisahan, tetapi sebuah kelanjutan yang penuh makna.
Lihatlah langit malam,
Bintang yang paling terang adalah dia.
Dia tersenyum, bangga atas keberanianmu,
Menguatkanmu saat kau merasa rapuh.
Keluarga dan sahabat dekatmu di sini untukmu,
Menjadi pelukan saat kau merasa jatuh,
Menjadi telinga saat kau ingin menangis,
Dan menjadi kekuatan saat kau merasa lemah.
Tak perlu menunduk pada cobaan ini,
Karena cinta kalian adalah bukti,
Bahwa meski ajal memisahkan,
Hati kalian tetap bersatu tanpa akhir.
Manja, tangismu adalah doa,
Yang akan menembus langit,
Mengirimkan pesan cinta abadi,
Untuk dia yang kini tenang di surga.
Tetaplah berdiri, meski badai menghampiri,
Bawalah cinta ini sebagai warisan abadi,
Untuk hidupmu, untuk anakMu,
Dan untuk dunia yang melihat ketabahanmu.
Dia mungkin telah pergi,
Tapi cintanya akan selalu di sini,
Menjadi bintang, menjadi angin,
Menjadi bisikan kasih dalam setiap langkahmu.
Doa dan harapan keluarga selalu mendampingimu, Manja,
Hingga akhir waktu.
… ….. …… …… …