Kupang, Vox NTT- Anak Buah Kapal (ABK) atas nama Anton Pradana dilaporkan keluarganya hilang kontak sejak Februari 2021 lalu.
Anton Pradana sendiri adalah satu satu dari tujuh (7) ABK asal Indonesia yang dilaporkan menghilang di Perairan Mauritius, sebuah negara kepulauan di barat daya Samudra Hindia, 900 km sebelah timur Madagaskar, sejak 26 Februari 2021 lalu.
Sejak saat itu, PT Anugerah Bahari Pasifik (ABP), perusahaan yang menempatkannya pun ikut mencari.
Pada 2 Maret 2021 lalu, pihak kepolisian di Mauritius menyebut Anton Pradana bersama 6 ABK asal Indonesia yang bekerja pada kapal We Fa hilang di Mauritius.
Ketujuh ABK tersebut menurut keterangan kepolisian setempat hilang setelah terlibat perkelahian dengan ABK Vietnam pada 26 Februari 2021.
“Sejak awal kami terus mencari tahu keberadaan Anton. Baru setelah keluar pernyataan dari kepolisian, kami berusaha untuk mengurus asuransi kematian Anton. Karena kalau tidak diurus, maka klaimnya bisa hilang karena pengurusan itu ada masa batas waktunya,”ujar Direktur PT Anugerah Bahari Pasifik Hengky Wijaya di BP2MI sebagaimana dalam rilis yang diterima VoxNtt.com, Kamis (10/02/2022).
Sementara itu, pihak keluarga Anton Pradana menyatakan akan menyumbangkan dana yang mereka terima untuk pembangunan masjid.
Pernyataan tersebut disampaikan Djohari yang juga paman dari Anton Pradana kepada Kepala BP2MI Benny Ramdhani di kantor BP2MI, Kamis (10/02/2022).
BACA JUGA:
7 ABK Indonesia Hilang di Mauritius, Jokowi Diminta Bertanggung Jawab
Keluarga hadir di kantor BP2MI untuk menerima penyerahan dana asuransi kematian Anton Pradana.
Hadir dalam pertemuan tersebut Ibu Anton Pradana, Usniyah, Djohari pamannya, Direktur PT Anugerah Bahari Pasifik Hengky Wijaya, Ketua Badan Buruh dan Pemuda Pancasila (B2P3) Jamaludin Suryahadikusuma dan Ketua SPPI Ilyas Pengestu. Kedua organisasi tersebut merupakan pendamping keluarga Anton Pradana.
Direkrut PT Anugerah Bahari Pasifik Hengky Wijaya sebagai perusahaan mining agency yang merupakan agency yang mengirim ABK selama 10 bulan berhasil mencairkan dana asuransi.
Total dana asuransi dan santunan yang diterima keluarga Anton Pradana sebesar Rp499.353.720.
Dalam pertemuan tersebut keluarga Anton Pradana masih berharap ada kepastian tentang kematian anak mereka. Karena laporan tentang kematian Anton Pradana masih diragukan.
BACA JUGA:
Ancaman Gubernur Belum Manjur, Ratusan Peti Mati Dikirim ke NTT Era Viktor-Jos
“Kami ingin status kematian Anton Pradana. Kami sebetulnya lebih membutuhkan kepastian dan penyelidikan, daripada sekadar dana santunan asuransi,” ujar Djohari.
Djohari mengatakan, keluarga ingin menyumbangkan dana asuransi tersebut untuk amal jariyah. Upaya ini juga untuk menghindari konflik kepentingan.
Kepala BP2MI Benny Ramdhani menyetujui ide Ketua B2P3 Jamal tentang perlunya melibatkan interpol guna mengusut kembali kasus hilangnya ke-7 ABK asal Indonesia di Mauritius.
Benny menegaskan akan mengirim surat kepada Kapolri untuk menindaklanjuti permintaan keluarga Anton Pradana.
Menurut dia, kasus ini menjadi pelajaran untuk pemerintah, bahwa masyarakat seperti keluarga PMI Anton Pradana lebih membutuhkan kabar kepastian.
“Ini jadi pelajaran bagi kita, bahwa masyarakat ingin negara hadir memberi kepastian,”‘ tukas Benny.
Sementara itu, Ketua Umum Serikat Pekerja Perikanan Indonesia (SPPI) Ilyas Pangestu menyatakan akan terus mendampingi keluarga Anton untuk merealisasikan pembangunan masjid dari dana klaim asuransi.
Ia berharap masjid itu akan megah dan menjadi tonggak sejarah bahwa ada masjid yang didirikan 100 persen oleh Pekerja Migran Indonesia.
Masjid tersebut akan dibangun di tempat kelahiran Anton Pradana di Desa Babelan Kidul, Kecamatan Singojuruh, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur.
Ilyas berharap kepala BP2MI dapat hadir ke kampung Anton di Banyuwangi pada saat peletakan batu pertama pembangunan masjid tersebut.
Penulis: Ardy Abba