Kupang, Vox NTT- Dana asuransi kematian Anak Buah Kapal (ABK) We Fa Anton Pradana dialokasikan untuk membangun masjid di kampung halamannya di Desa Babelan Kidul, Kecamatan Singojuruh, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur.
Hal itu disampaikan Djohari, paman Anton Pradana, kepada Kepala BP2MI Benny Ramdhani di kantor BP2MI, Kamis (10/02/2022).
Keluarga hadir di kantor BP2MI untuk menerima penyerahan dana asuransi kematian Anton Pradana sebesar Rp499.353.720.
Hadir dalam pertemuan tersebut Ibu Anton Pradana, Usniyah, Djohari pamannya, Direktur PT Anugerah Bahari Pasifik Hengky Wijaya, Ketua Badan Buruh dan Pemuda Pancasila (B2P3) Jamaludin Suryahadikusuma dan Ketua SPPI Ilyas Pengestu. Kedua organisasi tersebut merupakan pendamping keluarga Anton Pradana.
Djohari mengatakan, keluarga ingin menyumbangkan dana asuransi tersebut untuk amal jariyah dan menghindari konflik kepentingan.
Ia pun berharap ada kepastian tentang kematian anaknya. Karena laporan tentang kematian Anton Pradana masih diragukan.
“Kami ingin status kematian Anton Pradana. Kami sebetulnya lebih membutuhkan kepastian dan penyelidikan, daripada sekadar dana santunan asuransi,” ujar Djohari dalam rilis yang diterima VoxNtt.com.
Ketua Umum Serikat Pekerja Perikanan Indonesia (SPPI) Ilyas Pangestu berjanji akan terus mendampingi keluarga Anton Pradana untuk merealisasikan pembangunan masjid dari dana klaim asuransi kematian.
Ia berharap masjid itu akan megah dan menjadi tonggak sejarah bahwa ada masjid yang didirikan 100 persen oleh Pekerja Migran Indonesia (PMI).
Ilyas berharap kepala BP2MI dapat hadir ke kampung Anton di Banyuwangi pada saat peletakan batu pertama pembangunan masjid tersebut.
Sebagai informasi, Anton Pradana dilaporkan keluarganya hilang kontak sejak 26 Februari 2021 lalu.
Anton Pradana sendiri adalah satu satu dari tujuh (7) ABK asal Indonesia yang dilaporkan menghilang di Perairan Mauritius, sebuah negara kepulauan di barat daya Samudra Hindia, 900 km sebelah timur Madagaskar.
Ketujuh PMI tersebut bekerja di kapal We Fa selama 10 bulan dikirim oleh PT Anugerah Bahari Pasifik sebagai perusahaan mining agency.
Sejak dilaporkan hilang kontak oleh keluarga, PT Anugerah Bahari Pasifik (ABP) pun ikut mencari.
Pada 2 Maret 2021 lalu, pihak kepolisian di Mauritius menyebut Anton Pradana bersama 6 ABK asal Indonesia yang bekerja pada kapal We Fa hilang di Mauritius.
Ketujuh ABK tersebut menurut keterangan kepolisian setempat hilang setelah terlibat perkelahian dengan ABK Vietnam pada 26 Februari 2021.
“Sejak awal kami terus mencari tahu keberadaan Anton. Baru setelah keluar pernyataan dari kepolisian, kami berusaha untuk mengurus asuransi kematian Anton. Karena kalau tidak diurus, maka klaimnya bisa hilang karena pengurusan itu ada masa batas waktunya,”ujar Direktur PT Anugerah Bahari Pasifik Hengky Wijaya di BP2MI.
Sebagai perusahaan agensi, PT Anugerah Bahari Pasifik berhasil memperjuangkan dan mencairkan dana asuransi kematian ABK Anton Pradana.
Total dana asuransi dan santunan yang diterima keluarga Anton Pradana sebesar Rp499.353.720.
Sementara itu, Kepala BP2MI Benny Ramdhani menyetujui ide Ketua B2P3 Jamal tentang perlunya melibatkan interpol guna mengusut kembali kasus hilangnya ke-7 ABK di Mauritius.
Benny berjanji akan mengirim surat kepada Kapolri untuk menindaklanjuti permintaan keluarga Anton Pradana.
Menurut Benny, kasus ini menjadi pelajaran untuk pemerintah, bahwa masyarakat seperti keluarga PMI Anton Pradana lebih membutuhkan kabar kepastian.
“Ini jadi pelajaran bagi kita, bahwa masyarakat ingin negara hadir memberi kepastian,” tukas Benny.
Penulis: Ardy Abba