Manggarai, Vox NTT-Baru saja guyuran hujan menggenangi halaman depan gedung reot itu. Gedung tua termakan usia itu memiliki dua ruangan kelas. Nyaris tanpa dinding, gedung tua yang masih tersisa beberapa papan itu mulai rapuh.
Atapnya pun sudah karatan dan berlubang. Beberapa balok penahan atap mulai keropos. Dalam ruangan kelas terlihat meja dan kursi siswa berantakan. Separuh papan tulis terpancang di depan sebuah ruangan kelas. Hanya separuh saja berfungsi karena sebagiannya berlubang.
Litani kepiluan diperpanjang dengan tiadanya toilet sekolah. Ketika hendak buang air besar dan kecil, para siswa harus lari ke sungai dekat sekolah atau ke hutan.
Itulah potret salah satu gedung Sekolah Dasar Katolik (SDK) yang terletak di kampung Rangang, Desa Pong Kolong Kecamatan Macar Paca, Kabupaten Manggarai Barat, Provinsi Nusa Tenggara Timur.
SDK Rangang adalah Sekolah milik Yayasan Sukma Pusat Keuskupan Ruteng. Sekolah ini berdiri tahun 1968. SK Izin operasionalnya tanggal 1 Januari 1968 dengan SK operasional nomor 04/ BUPATI KDH/ 1968.
Sekolah yang akan merayakan pesta emas pada tahun 2018 ini terbilang udik. Akses jalan menuju sekolah ini sangat sulit. Akses komunikasi pun sulit. Demikian juga penerangan.
Para siswa tidak bisa belajar malam karena tiadanya listrik. Mereka masih menggunakan lampu pelita pada malam hari. Walaupun ada listrik, itu hanya beberapa rumah yang mampu membeli gencet.
Topografi dan medan curam membuat banyak orang luar sulit menjangkau sekolah ini. Jalan terjal, licin-berlumpur serta menanjak menambah keengganan orang untuk mengunjungi sekolah ini. SDK Rangang dikelilingi oleh gunung dari segala arah mata angin. Itu juga yang menyebabkan para petani dari kampong Rangang desa Pong Kolong ini sulit menjual hasil panenannya.
Secercah Harapan
Di balik kisah lamentasi yang panjang masih ada secercah harapan. Para siswa dan guru tetap giat dalam proses belajar-mengajar. Seolah-olah mereka melupakan kondisi serba sulit ini.
Sudah banyak output dari sekolah ini yang sudah menduduki posisi strategis baik di level kabupaten maupun provinsi. Banyak juga prestasi yang diukir, baik secara akademik maupun vocasional skills lainnya.
Sebagai lembaga yang bergerak di bidang humanitarian, Yayasan Gugah Nurani Indonesia (GNI), juga mensponsori beberapa siswa di SDK Rangang.
Melalui hibah sponsorship dari Negara Korea, Yayasan GNI membantu siswa SDK Rangang dengan membuat MCK. Selain itu Yayasan GNI memfasilitasi beberapa anak dari sekolah ini sebaga anak sponsor.
Kepada anak sponsor, GNI menyumbangkan pakaian seragam, tas sdan alat tulis sekolah. Untuk menghindari terjadinya putus sekolah, GNI melakukan program home visit, berupa mengunjungi orang tua anak sponsor. Tujuan dari kunjungan ini untuk mensosialisasikan kepada orang tua tentang pentingnya pendidikan bagi anak-anak mereka.
Untuk mengetahui profile siswa, GNI melakukan Annual Progress Report berupa kegiatan pendataan/sensus kepada para siswa sponsor.
Kegiatan ini bertujuan untuk mengenal lebih dalam tentang keberadaan siswa-siswi, termasuk mengenal bakat dan minat mereka serta keadaan orangtuanya . Dan untuk menjaga hubungan silaturahmi atara anak-anak sponsor dan sponsor mereka di Korea, GNI memfasilitasi kegiatan Annual Child Letter, yaitu sebuah aktivitas menulis surat kepada sponsor mereka di Korea Selatan. Selain itu GNI juga membagikan susu dan biscuit kepada siswa-siswi sponsor. (Kontributor: Cyprian Guntur/VoN)
Catatan Redaksi: Penulis adalah peminat social worker-peminat sospolek, berdomisili di Leda-Ruteng Manggarai.