Borong, Vox NTT-Dinas Kesehatan Kabupaten Manggarai Timur (Matim) diduga melakukan perekrutan tenaga yang dibiayai oleh dana Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) secara “diam-diam”.
Salah satu sumber yang enggan namanya dimediakan mengaku perekrutan tenaga kerja di dinas itu sarat nepotisme.
“Awal Februari lalu Dinkes Matim merekrut tenaga yang ditempatkan di-25 puskesmas sebanyak 4 orang per puskemas, kebanyakan dari luar Matim yang rata-rata belum pernah mengabdi di puskesmas,” ujar sumber itu saat menghubungi VoxNtt.com, Kamis (28/2/2019).
Menurut sumber itu, ada yang sudah lama bekerja di Matim, namun tidak diakomodir.
“Perekrutan tanpa seleksi, istilahnya siapa cepat dia dapat,” kata sumber itu.
Dikatakan sumber itu, di salah satu puskesmas di wilayah Kecamatan Kota Komba ada tenaga konseling yang sudah mengabdi dua tahun justru tidak diakomodir. Malah Dinkes Matim menempatkan orang dari luar.
Padahal lanjut sumber itu, kalau dilihat dari beban kerja tenaga konseling tidak perlu diangkat. Alasannya di setiap puskesmas sudah ada bahkan jumlahnya 4 sampai 5 orang.
Menanggapi itu, Kepala Dinas Kesehatan Matim, dr. Surip Tintin saat dikonformasi VoxNtt.com, Sabtu (2/3/2019), mengatakan isu tersebut hanyalah gosip.
“Sembarang saja percaya gosip, itu bukan THL, itu tenaga yang dibiayai dari bantuan operasional kesehatan (BOK),” ujarnya.
Lanjut Titin, semua tenaga kerja yang mendaftar harus membawa rekomendasi dari puskesmas. Itu berarti hanya yang sudah sukarela dan terdata di Dinkes Matim.
Ia menambahkan, tenaga yang direkrut itu sesuai dengan juknis dari pemerintah pusat.
“Kalau sudah sukarela 5 tahun, tapi bukan jenis tenaga yang dibutuhkan sesuai juknis ya.. tidak bisa masuk,” imbuhnya.
“Bidan yang sudah sukarela 5 tahun, tetapi yang dibutuhkan gizi, SKM Kesling, akuntansi, kan tidak bisa terima bidan tadi. Yang akuntansi belum pernah sukarela di Matim tapi dibutuhkan, ya terima,” tambahya.
Tintin mengaku, selama ini, Matim tidak memiliki tenaga sukarela akutansi. Sehingga para pelamar yang mendaftarkan diri tidak hanya berasal dari wilayah Matim.
Ia juga enggan berpolemik lantaran tengah memperjuangkan Dinkes Matim ke depannya.
“Energi saya sudah terkuras untuk memperjuangkan Dinkes Matim, jadi saya lelah kalau terus menerus diserang hal-hal seperti itu,” tandas dr. Surip.
Penulis: Sandy Hayon
Editor: Ardy Abba