Ende, Vox NTT-Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Ende, Marianus Alexander menyebutkan 469 babi di wilayah setempat mati akibat serangan virus African Swine Ferer (ASF).
Kecamatan Maukaro tercatat pada angka tertinggi berdasarkan rekapitulasi petugas pusat kesehatan hewan. Kemudian disusul kecamatan dalam kota, Kecamatan Ndona, Kecamatan Detusoko dan beberapa kecamatan lainnya.
“Gejalanya memang sudah menciri ke virus ASF. Karena ciri-ciri itu seperti demam, tidak mau makan, ada cairan yang keluar dari dubur dan ada beberapa yang keluar dari mulut dan hidungnya,” kata Alexander saat acara Launching Kampung Tangguh Nanganesa, Kecamatan Ndona pada Rabu (15/07/2020) pagi.
Untuk memastikan penyebab kematian, pemerintah kini sedang menunggu hasil uji laboratorium berdasarkan sampel yang dikirim. Setelah itu, proses pencegahan akan diperketat agar penyebaran virus tidak meluas.
Namun begitu, kata Alexander, para peternak diimbau untuk menerapkan sistem bio security atau tata cara sanitasi yang baik.
“Kan ada dua penyebab yang kita duga seperti colera dan virus ASF. Tapi kita tunggu dulu hasil lab-nya bagaimana. Tapi kalau sesuai ciri-cirinya memang sudah menjurus ke ASF,” tutur dia.
Alexander mengimbau kepada masyarakat Kabupaten Ende agar tidak mengkonsumsi daging babi yang telah mati meski tidak zoonosis.
Sebaliknya, warga diimbau agar mengubur babi apabila mati dengan memiliki gejala-gejala tersebut.
“Memang tidak menular ke manusia, tetapi secara ekonomi dirugikan karena jumlah kematian sangat besar dalam sesaat,” katanya.
“Jadi disarankan tidak konsumsi, karena limbah itu akan menjadi penyebar,” sambung Alexander.
Dalam pemeliharaan ternak, terang dia, harus diperhatikan tiga hal pokok yakni sistem pengelolaan pakan, kesehatan dan pengelolaan kandang.
Sedangkan untuk mencegah penyebaran ASF di Ende, Bupati Djafar telah mengeluarkan instruksi larangan sejak Februari tentang perpindahan ternak dari daerah satu ke daerah lainnya.
Penulis : Ian Bala
Editor: Irvan K