Betun, Vox NTT-Kebersihan pasar harian Beiabuk yang terletak di Desa Wehali, kecamatan Malaka Tengah, kabupaten Malaka dicorengi tumpukan sampah yang mulai membusuk.
Pantauan media ini, Rabu (15/07/2020), persis di lapak ikan, terdapat satu TPA yang belum diangkut petugas kebersihan. Hal ini mengakibatkan aroma tak sedap menyebar di sekitar lokasi.
Keluhan datang dari salah satu penjual ikan segar di pasar Beiabuk, Yola Nahak. Kepada media ini, ia mengeluhkan sampah yang sudah menumpuk seperti gunung dan menebarkan aroma tak sedap. Padahal Yola mengaku, para penjual tidak pernah melanggar kewajiban mereka untuk membayar iuran sampah.
Unit yang bertanggung jawab untuk urusan kebersihan pasar, demikian Yola adalah petugas kebersihan dinas PUPR, Kabupaten Malaka.
“Sejak wabah Covid-19, para petugas sampah tidak datang angkut lagi ini sampah. Kami sangat terganggu dengan aroma busuk ini, apalagi musim hujan seperti ini,” keluh Yola Nahak.
“Iuran untuk sampah kami bayar terus. Tapi sampah makin banyak saja. Ini sangat menggangu aktivitas kami dan para pembeli di pasar sini. Tolong pak wartawan tulis dulu, bantu kami,” ujar Yola diamini oleh sesama rekannya penjual ikan segar di pasar tersebut.
Sementara itu, Yan Tae, Kabid Kebersihan Dinas PUPR kabupaten Malaka, sampai berita ini diturunkan, belum bisa dikonfirmasi terkait tumpukan sampah tersebut.
Buang Sampah di Hutan lindung
Kabupaten Malaka dikonfirmasi belum memiliki tempat pembuangan sampah umum. Pantauan awak media, selama ini hutan Wemer dijadikan tempat pembuangan sampah untuk satu kabupaten.
Wemer juga adalah nama ruas jalan milik Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur yang ada di Kabupaten Malaka.
Jalan ini menghubungkan Kabupaten Malaka dengan Belu. Dulunya, jalan ini adalah jalur satu-satunya jika hendak ke Belu dari Malaka.
Namun beberapa tahun terakhir ini, jalan Wemer tampak sudah dilupakan. Longsor di hutan Wemer mengakibatkan jalan ini putus.
Jika musim hujan, jalan Wemer tidak digunakan karena digenangi banyak lumpur. Apalagi, kondisi medan yang banyak jurang dan cukup terjal pada beberapa titik.
Akibat putusnya akses jalan Wemer, ada dua desa yakni Kereana dan Takarai di Kecamatan Botin Leobele, Kabupaten Malaka yang terisolasi.
Kalau musim hujan tiba, maka sangat sulit bagi masyarakat dari dua desa tersebut untuk ke Betun, ibu kota Kabupaten Malaka.
Mereka terpaksa harus ke arah timur mengambil haluan ke jalan arah Kota Atambua, lalu menyusuri jalan Welaus dan menuju Kota Betun. Rute ini tentu saja memakan waktu yang lumayan lama hingga tiba di Kota Betun.
Beberapa hari lalu berdasarkan pantauan awak media, jalan yang membelah hutan Wemer kawasan suaka Kateri itu berubah menjadi tempat pembuangan sampah.
Di sepanjang jalan tampak banyak sampah plastik. Sampah-sampah tersebut tampak menggunung di badan jalan. Akibatnya, aroma tak sedap mencuat di sepanjang jalan melewati hutan Wemer.
Mengais Rezeki dari Sampah
Tumpukan sampah ini dimanfaatkan oleh Agusto, seorang pria uzur. Ia mengais rezeki dari tumpukan sampah itu.
Baru-baru ini saar ditemui VoxNtt.com, Agusto tampak serius memilah sampah plastik dari tumpukan sampah di kawasan hutan Wemer.
Ia mengumpulkan botol bekas air mineral atau sejenisnya. Mulutnya ditutupi masker.
“Sampah ini sudah lama. Bukan di sini saja. Di atas juga banyak. Ya memang baunya tajam sekali. Saya pilih botol plastik dan kardus bekas, nanti dijual lagi,” tutur Agusto.
Informasi dari Agusto benar. Sekitar 500 meter dari tempat ia berdiri, di atas ketinggian, juga terdapat tumpukan sampah lain kurang lebih setinggi satu meter.
Di titik ini, kami menjumpai satu unit mobil dump truck yang kemudian diketahui milik Dinas PUPR Malaka, Bidang Kebersihan.
Saat dijumpai, dump truck tersebut baru saja membongkar muatan dan membuang sampah di pinggir jalan.
Sayangnya, hingga berita ini diturunkan Kabid Kebersihan Dinas PUPR, Yanuarius Tae yang juga penjabat Desa Weulun, Kecamatan Wewiku itu, belum menjawab.
Penulis: Frido Umrisu Raebesi
Editor: Irvan K