Oelamasi, Vox NTT-Nusa Tenggara Timur ditetapkan sebagai salah satu dari 10 Provinsi terbanyak penyumbang penderita stunting di Indonesia.
Menanggapi hal itu, anggota DPR RI Komisi IX, Emanuel Melkhiades Laka Lena, menegaskan, evaluasi pelaksanan program dan pencapaian target yang terukur perlu dilakukan secara berkelanjutan.
Menurut Wakil Ketua Komisi IX DPR RI itu, kasus stunting butuh kerja sama lintas sektoral dan lintas daerah.
“Sektor kesehatan – PUPR – lingkungan – pendidikan dan ekonomi harus digerakkan bersamaan dari pusat, Provinsi sampai desa/kelurahan,” jelas Ketua DPD I Partai Golkar Provinsi NTT itu saat dihubungi VoxNtt.com Selasa (11/08) pagi.
Menurutnya, potensi lokal yang beragam untuk meningkatkan gizi ibu hamil menyusui dan anak harus dikembangkan untuk digunakan dalam konsumsi keseharian rakyat di daerah.
Diberitakan sebelumnya, berdasarkan data kemenkes, angka prevalensi stunting Provinsi Nusa Tenggara Timur sebesar 43 %, artinya dari 100 balita di NTT 43 orang menderita stunting.
Selain NTT, sebelumnya, pada (5/08) Presiden Jokowi Dodo juga meminta Kementerian Kesehatan agar fokus atasi masalah stunting di 10 Provinsi sebagai penyumbang penderita stunting terbesar di Indonesia.
Dikutip dari suara pembaharuan Kamis (06/08) lalu, kesepuluh provinsi itu yakni, Sulawesi Barat sebesar 40,38%, NTB sebesar 37,85%, Gorontalo 34,89%, Aceh sebesar 34,18%, Kalimantan Tengah 32,30%, Kalimantan Selatan sebesar 31,75%, Kalimantan Barat 31,46%, Sulawesi Tenggara sebesar 31,44%, Sulawesi Tengah sebesar 31,26%. Sementara angka prevalensi nasional sebesar 27,67%.
Penulis: Ronis Natom
Editor: Irvan K