Kupang, Vox NTT-Narasi Raja vs Jelata, Bangsawan vs Budak yang kini kembali muncul dalam Pilkada Manggarai bukan isu baru yang memicu tanggapan publik.
Berdasarkan penelusuran jejak digital, narasi itu pernah disampaikan mantan Bupati Manggarai, Christian Rotok pada 4 Agustus 2015 silam.
Hal itu diungkapkan politisi yang sekarang mendukung Hery Nabit di kampung Teras, Kecamatan Rahong Utara, Manggarai.
Rotok, kala itu, didampingi Wabup Deno Kamelus dalam acara peletakan batu pembangunan Kapela Teras.
“Bapak saya pegawai golongan satu. Rejeki sekali, kemudian saya jadi pegawai. Pak Kamelus juga begitu bukan dari turunan raja. Kami tentu bukan orang yang luar biasa bagi orang Manggarai,” kata Rotok seperti dilansir dari Pos Kupang.
Tak hanya itu, pada kesempatan yang sama, Bupati Manggarai 2 periode itu memohon maaf lantaran dirinya dan wakil bupati Kamelus Deno menjadi pemimpin, bukan dari keturunan raja.
“Saya mohon maaf yang sebesarnya kepada seluruh rakyat. Karena Manggarai bukan dipimpin oleh dua orang keturunan raja,” tandasnya.
Saat ditanya terkait alasannya mengungkapkan asal usul kehidupan masyarakat Manggarai masa lalu itu, Rotok menjawabnya dalam bahasa Manggarai.
“Ata wale tombo de lawa soo ee. Ai paka pimpin lata manga turunan ningrat, bangsawan,” ujarnya kepada Floresa.co, Selasa (11/8).
Jika diterjemahkan, begini arti jawaban Rotok tersebut, “hanya merespons pembicaraan orang yang menyebutkan bahwa Manggarai mesti dipimpin oleh orang keturunan raja.”
Ia menegaskan, dirinya hanya menanggapi wacana yang digulirkan oleh orang.
”hitu koe ta (itu saja). Pemimpin berikut mesti turunan ningrat,” ujarnya ketika ditanya lebih jauh oleh wartawan.
Meski tidak secara langsung menyebutkan siapa kandidat yang menjadi representasi golongan raja dalam pilkada Manggarai, namun publik bisa menebak siapa yang disasar Rotok.
Pada Pilkada Manggarai tahun 2015, Hery Nabit adalah lawan politik mereka.
Herry sendiri adalah cucu Matias Mboi, adik Raja Bagung, raja Manggarai di era kolonialisme Belanda.
Meski lawan mereka keturunan Raja, namun Chris kala itu mengaku tak malu membeberkan asal-usulnya. Ia mengatakan, masyarakat bisa menilai mereka tidak bersikap kampungan mengelola roda pemerintah.
Berbeda dengan dulu. Kini Christian Rotok mendukung Hery Nabit yang merupakan lawan politik mereka dulu.
Ia kembali tampil ke panggung politik mengkampanyekan Hery dan lewat satire politiknya, banyak kalangan menilai satire itu menyerang Kamelus Deno.
Salah satu satire politik diungkapkan oleh Christian Rotok, terungkap dalam deklarasi Paket Hery Nabit dan Hery Ngabut pada tanggal 5 September 2020 di Ruteng.
Dengan menggunakan pakaian kaos oblong, ia menyampaikan dalam Bahasa Manggarai “Sisa ini saja baju yang baik. Baju lain yang saya miliki sudah tercompang – camping. Bete keta taungs ye. Eme manga baju di’as meu ta, teing koe aku, (Baju saya sudah robek semua. Kalau kalian ada baju baik, tolong kasih saya,” kata Rotok disambut dengan teriakan massa “pake baju weru” (ganti baju baru).
Dalam deklarasinya, Kamelus Deno (calon incumbent Pilkada Manggarai), memberikan tanggapan terhadap Christian Rotok dengan gaya bahasa sarkasme.
“Saya baju boleh bête (robek) tapi otak tidak boleh bête (robek). Dan untuk membangun Manggarai, bukan baju tapi otak,” kata Deno di hadapan masa pendukung dalam akun YouTube ema Djo. (VoN).