Borong, Vox NTT-Namanya Agleriano Gefrilman, yang akrab disapa Anok. Seorang anak berusia 12 tahun asal Desa Bangka Arus, Kecamatan Poco Ranaka Timur, Kabupaten Manggarai Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT) menderita lumpuh sejak umur dua tahun.
Ahok adalah anak ketiga dari empat bersaudara. Ia lahir pada tahun 2010, dari pasangan Yohanes Anom (48) dan Theresia Nelsi (41). Sang ayah bekerja sebagai petani, demikian juga sang ibu.
Theresia mengisahkan, anaknya dulu lahir secara normal. Namun pada saat umurnya beranjak dua tahun, anaknya jatuh dari tempat tidur. Sejak saat itu hingga kini Anok mengalami kelumpuhan.
Selama kurang lebih 10 tahun berlalu, Anok tidak bisa beraktivitas apa-apa, tidak sama seperti anak seumuran lainnya.
Ia hanya bisa terbaring di tempat tidur dan di halaman rumah. Dan untuk duduk pun Anok tidak bisa, kedua kaki dan tangannya mengecil dan pendek.
Tiap hari sang ibu mengurus Anok dengan penuh kasih dan kesabaran. Saat buang air besar sang ibu menyiapkan plastik dan saat buang air kecil, sang ibu menyiapkan botol. Kemudian, saat hendak mandi atau membersihkan tubuhnya sang ibu menyiapkan meja.
“Anak saya ini, dulunya normal, lahir secara normal namun semenjak jatuh saat masih dua tahun, akhirnya sampai saat ini dia lumpuh begini. Dia anak ketiga dari 4 bersaudara pak,” ujar Theresia kepada wartawan, Senin (28/11/2022).
Sementara Yohanes mengaku bahwa ia dan istrinya berniat membawanya ke rumah sakit untuk dirawat. Tetapi semuanya terkendala biaya.
“Dulu pas awal-awal sakit, kami bawa anak kami ke Rumah Sakit Cancar, dokter menyarankan untuk dibawa ke rumah sakit di Surabaya, namun karena terkendala di uang akhirnya kami memutuskan untuk merawat anak kami di rumah saja, karena itu tadi pak untuk beli beras saja susah sehingga kami hanya bisa pasrah pak,” ujar Yohanes.
Yohanes merasa sedih karena anaknya tidak pernah mendapat perhatian dari pemerintah. Ia kecewa karena banyak petugas datang hanya ambil foto dengan iming-iming akan mendapat bantuan, tetapi kenyataannya nihil.
“Seringkali ada orang yang ambil foto anak kami, katanya akan ada bantuan tapi ternyata sampai detik ini tidak ada itu bantuan, saya sedih pak,” keluh Yohanes.
Anok adalah anak yang cerdas. Di balik keterbatasan fisik yang dialaminya, ia ternyata bisa membaca dan menulis. Bahkan Anok bisa menggambar walaupun tidak pernah merasakan duduk di bangku sekolah.
Sang ayah merasa bingung dan terharu dengan anaknya yang bisa membaca, menulis dan menggambar.
“Kami bingung kenapa anak kami bisa baca-tulis, dia tidak pernah duduk di bangku sekolah, kami hanya orang kampung pak, tidak pernah mengajarkan dia baca-tulis. Tapi kami kaget dan terharu pas dengar dia baca tulisan di HP dan kami lihat dia tulis namanya juga di buku pak. Bahkan orang sekampung dan juga semua orang yang tahu soal ini juga heran dan kagum pak,” tutur Yohanes dengan air mata berlinang.
Yohanes pun berharap kondisi keluarganya diketahui oleh pemerintah, sehingga anaknya bisa mendapat perhatian dari berbagai pihak, termasuk Pemerintah Kabupaten Manggarai Timur.
“Kami butuh kepedulian dari pemerintah pak. Semoga kondisi kami di sini bisa tersalurkan melalui media. Tolong kami pak. Kalau bisa, anak saya butuh kursi roda,” pinta Yohanes sambil merekatkan kedua tangannya.
Saat ditanya wartawan soal keinginannya, Anok menjawab bahwa ia ingin sekolah sama seperti teman-teman seumurannya.
Kontributor: Yani Kom