Ruteng, Vox NTT – Tokoh masyarakat dan pemuda menilai pengelolaan Dana Desa Compang Cibal, Kecamatan Cibal Barat, Kabupaten Manggarai tidak transparan.
Salah satu warga Dusun Keker Desa Compang Cibal, Tadeus Jehaman menilai hal itu lantaran tidak adanya papan informasi alokasi anggaran setiap tahun.
Seharusnya, kata Tadeus, setiap dusun di Desa Compang Cibal memasang papan informasi pengelolaan anggaran.
Menurut dia, sejak beberapa tahun terakhir papan informasi itu tidak pernah ada. Masyarakat pun kesulitan untuk melakukan pengawasan terhadap jalannya pemerintahan di Desa Compang Cibal.
“(Papan informasi ) itu sebenarnya sangat penting, supaya kami bisa mengetahui alokasi anggaran setiap tahun. Tapi saya tidak pernah melihat papan informasi itu di Desa Compang Cibal, sehingga kami susah untuk melakukan pengawasan,” ujar Tadeus kepada VoxNtt.com, Jumat (05/07/2019).
Tadeus juga turut menyoroti kinerja dari Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Compang Cibal yang dinilai tidak berkerja maksimal.
Menurut dia, BPD Compang Cibal tidak aktif melakukan pengawasan terhadap proses pembangunan di desa itu.
Akibatnya, proses pembangunan desa tidak berjalan efektif dan banyak pembangunan yang terkesan mangkrak.
“Saya jarang melihat BPD melakukan pengawasan. Sehingga tidak salah kalau banyak pembangunan yang mangkrak seperti rumah bantuan tahun anggaran 2018 yang sampai sekarang tidak kunjung dibangun. Karena tidak ada yang kontrol pemerintah desa maupun masyarakat penerima bantuan,” tukas Tadeus.
Senada dengan Tadeus, warga Dusun Beawaek Lalang Andreas Ndou juga menilai pengelolaan Dana Desa Compang Cibal tidak transparan dan tidak tepat sasaran.
Andreas mengatakan, Pemerintah Desa Compang Cibal tidak pernah melakukan sosialisasi terkait bantuan yang diberikan. Jumlah anggaran setiap bantuan pun tidak diketahui masyarakat.
Selain itu, kata dia, banyak bantuan yang dinilai tumpang tindih atau hanya tertuju kepada orang tertentu saja.
“Tidak pernah adakan sosialisasi, bagaimana kami bisa mengetahui anggarannya? Bahkan bantuan juga diberikan kepada orang tertentu. Sudah dapat bantuan rumah setelah itu dapat lagi bantuan WC atau bantuan lainnya, sementara masih banyak yang belum pernah sama sekali,” tukasnya.
Andreas juga menduga Pemerintah Desa Compang Cibal telah membuat laporan fiktif. Sebab setiap penerima bantuan tidak pernah bertanda tangan saat menerima material yang diberikan.
Selain itu, jumlah material yang diberikan kepada masyarakat juga bervariasi.
“Saya juga tidak tahu bagaimana cara mereka (Pemerintah Desa Compang Cibal) membuat laporan, karena saya pernah dapat bantuan WC, tapi sampai sekarang saya tidak pernah tanda tangan serah terima bantuan dan banyak yang begitu bukan hanya saya. Apalagi jumlah material tidak sama,” ungkap Andreas.
Kemudian, tokoh pemuda Desa Compang Cibal yang tidak ingin namanya dimediakan juga menilai proses pembangunan di Desa Compang Cibal tidak berjalan dengan baik.
Menurut dia, masih ada bantuan rumah dan WC tahun 2018 yang sampai sekarang tidak kunjung dibangun.
Selain itu, penggusuran Lapangan Bolas Sepak Beawaek yang menghabiskan anggaran Rp 132.000.000, namun hasilnya tidak memuaskan.
Pada tahun 2018, Pemdes Compang Cibal sudah menganggarkan pembangunan panggung di Lapangan Beawaek. Namun hingga kini pembangunannya mangkrak.
“Ada 4 rumah bantuan tahun anggaran 2018 yang sampai sekarang belum di bangun. Penggusuran lapangan juga menghabiskan anggaran yang cukup banyak tapi hasilnya begitu saja. Panggung di Lapangan Beawaek juga tidak lanjut sampai sekarang, pasirnya masih ada saya lihat di sana, tapi kenapa tidak lanjut? Apakah anggarannya masih ada atau sudah habis?” tanya sumber itu.
Ia berharap agar pihak terkait segera melakukan pemeriksaan di Desa Compang Cibal. Saat pemeriksaan harus melibatkan masyarakat agar pemerintah desa tidak bisa menyampaikan laporan fiktif.
Ketua BPD Compang Cibal Saverius Otan mengakui tidak transparannya pengelolaan Dana Desa Compang Cibal.
Saverius mengaku kesulitan untuk melakukan pengawasan. Sebab salinan RAB Desa Compang cibal tidak diberikan kepada BPD.
Ia mengatakan, persoalan pembangunan di Desa Compang Cibal sudah disampaikan kepada pemerintah desa untuk segera diselesaikan.
“Kami susah untuk melakukan pengawasan yang maksimal, karena kami tidak pegang RAB. Kami sering minta namun tidak pernah dikasih, hanya janji saja. Namun terkait rumah bantuan yang tidak dibangun sampai sekarang maupun persoalan lainnya kami sudah sampaikan kepada pemerintah desa agar segera dituntaskan,” pungkasnya.
Sementara itu, Kepala Desa Compang Cibal Agustinus Haman membantah adanya tumpang tindih bantuan yang diberikan kepada masyarakat.
Bantuan yang diberikan selama ini, kata Kades Agustinus, sudah sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
“Sebenarnya ada kesalahpahaman, karena tumpang tindih itu kalau kami berikan bantuan kepada orang yang sama berupa dua jenis atau lebih bantuan pada tahun yang sama. Tapi yang terjadi sekarang bantuan yang kami berikan di tahun anggaran yang berbeda. Misalnya, tahun 2017 kami berikan bantuan rumah dan pada tahun 2018 kami berikan bantuan WC, itu bukan tumpang tindih karena tahun anggaran berbeda, kecuali kalau keduanya kami berikan pada satu tahun anggaran,” jelasnya saat ditemui VoxNtt.com, Jumat (05/07/2019).
Selain itu, Kades Agustinus juga membantah adanya pembangunan penggung Lapangan Beawaek yang mangkrak. Menurut dia, pembangunan itu tidak dilanjutkan karena ada kesalahan dalam RAB.
“Itu bukan mangkrak, tapi karena ada kesalahan saat menyusun RAB. Karena dalam RAB jumlah besi beton yang dituliskan hanya 1 buah besi 10 mili. Anggarannya juga hanya Rp 18.000.000. Sehingga kami anggarkan lagi pada tahun 2019 untuk melanjutkan pembangunan tersebut,” jelasnya.
Terkait bantuan rumah tahun anggaran 2018 yang sampai sekarang tidak dibangun, Kades Agustinus mengaku pihaknya sudah memerintahkan masyarakat penerima manfaat untuk segera menyelesaikan pembangunan.
Ia menegaskan, apabila pembangunan tak kunjung dilakukan, maka pihaknya akan mengambil kembali material yang sudah diberikan dan akan dialihkan kepada masyarakat lain yang membutuhkan bantuan rumah.
“Ya betul memang sampai sekarang masih ada 4 rumah yang belum dibangun, tapi saya sudah perintahkan mereka untuk selesaikan itu. Saya akan alihkan bantuannya nanti kalau mereka tidak mengindahkannya, material yang suda kami berikan akan ditarik kembali,” tutupnya.
Penulis: Pepy Kurniawan
Editor: Ardy Abba