Kupang, Vox NTT-Jumlah babi di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) yang mati dalam beberapa pekan terakhir ini terus bertambah.
Kepala Dinas Peternakan Provinsi NTT, Dany Suhadi mengungkapkan, saat ini jumlahnya mencapai 2. 983 ekor tersebar di enam Kabupaten di wilayah Timor.
Keenam kabupaten itu yakni, Kota Kupang, Kabupaten Kupang, Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU), Belu dan Malaka.
“Kalau memang dilihat dari situasi perkembangan terhadap serangan sejenis virus ternak babi dari masyarakat di enam Kabupaten di wilayah Timor sini. Ada yang tetap, ada yang bertambah,” ungkap Suhadi kepada wartawan usai rapat bersama Komisi II DPRD NTT, Senin (02/03/2020).
Namun tegas dia, masih ada kemungkinan jumlah itu bertambanh, karena Kabupaten Malaka dan TTS belum melaporkan lagi. “itu sementara yang kami sampaikan,” tururnya.
Pada prinsipnya jelas dia, pihaknya telah mengambil langkah-langkah agar virus ini tidak menyebar ke daerah-daerah lain di luar wilayah Timor.
Baca Juga: Soal Corona, Wagub NTT Suruh Masyarakat Minum Jus Kelor dan Berdoa
“Salah satunya juga kita koordinasi dengan DPRD NTT untuk menyampaikan hal ini, untuk melakukan upaya pencegahan untuk tidak keluar dari wilayah Timor,” pungkasnya.
“Intinya juga wabah dan juga ada berbagai, dimana lalu lintas ini kan sangat tinggi. Kita tidak mungkin menahan orang untuk bepergian dari satu tempat ke tempat yang lain,” tambah dia.
Ia menegaskan, pintu keluar masuk di NTT cukup tinggi mengingat NTT sebagai provinsi kepulauan.
“Ya, kita perkuatkan bersama-sama teman-teman di karantina dan juga pihak-pihak lain,” katanya.
Akibat terserang virus African swine fever (ASF) itu kata dia, Pemerintah NTT menetapkan status siaga satu virus ASF.
Ia mengatakan, saat ini hanya Flores yang belum terjangkit Virus ASF.
Ia mengaku, pihaknya telah mengambil langkah-langkah antisipasi penyebaran virus tersebut, di antaranya, adanya surat edaran Gubernur NTT, Viktor Laiskodat yang melarang babi untuk masuk dan keluar dari NTT.
“Kami perkuat pengawasan di Karantina sesuai instruksi Gubernur yang melarang masuk dan keluarnya babi dari NTT,” tegasnya.
Baca Juga: 11 Orang Meninggal, Dinkes NTT Kirim Dokter Tambahan ke RS T.C.Hillers Maumere
Pencegahan lain yang dilakukan, lanjut dia, dengan melakukan Desinfeksi kandang-kandang babi yang terserang Virus ASF.
“Tidak semua kandang babi terserang virus ASF, masih ada kandang babi yang aman dari virus itu,” katanya.
Dia berharap dengan langkah pencegahan ini dapat mengantisipasi merebaknya virus ASF di NTT, termasuk merebak ke Pulau Flores dan Sumba. “Kalau bisa janganlah merebak hingga Flores,” harapnya.
Dia mengatakan pihak belum mengambil langkab lebih jauh, karena khusus virus ini belum ada vaksinnya.
“Jangankan Indonesia, Cina saja harus memusnahkan babi yang terinfeksi dan memulai baru,” ujarnya.
Terkait larangan konsumsi daging babi, dia meminta masyarakat untuk tidak takut konsumsi daging babi, karena virus ASF tidak sonosis atau berjangkit ke manusia.
“Masyarakat tidak perlu kuatir, karena virus ini tidak menjangkit ke manusia,” katanya.
Penulis: Tarsi Salmon
Editor: Boni J