Maumere, Vox NTT- Sampai dengan saat ini Sikka masih kesulitan melakukan pemeriksaan Swab.
Padahal, pemeriksaan Swab atau Polymerase Chain Reaction (PCR) menjadi satu-satunya cara untuk membuktikan seorang terpapar Covid-19 atau tidak.
“Kita seperti melawan hantu. Kita sudah liburkan sekolah dan kantor, kita sudah habiskan banyak uang tetapi kita belum tahu pasti apakah di Sikka sudah ada yang terpapar Covid- 19 atau belum,” ungkap Bupati Sikka, Robi Idong di hadapan para ASN dalam rapat finalisasi data penerima bantuan sosial di Aula DPMD Sikka, Senin (04/05/2020).
Kesulitan tersebut disebabkan karena Swab harus dikirim ke Laboratorium BTKL di Surabaya. Selain itu, saat ini tidak ada penerbangan.
Perihal penerbangan, sejak awal Sikka yang menjadi pemilik salah satu rumah sakit rujukan Covid-19 harus menggunakan jalur tikus untuk mengirim Swab lantaran tidak ada maskapai yang memiliki izin.
Robi mengaku, pihaknya telah berupaya agar pemeriksaan Swab dilaksanakan di Sikka. Sikka sendiri sedang menyiapkan laboratorium. Informasinya mesin sudah ada namun masih menunggu cartridge.
“Kita masih menunggu cartridge. Harusnya tiba minggu ini tetapi ketiadaan penerbangan bisa berpengaruh,” terangnya.
Oleh karenanya, Robi Idong mengimbau ASN dan masyarakat Sikka lainnya agar mengutamakan langkah-langkah pencegahan dengan menjaga jarak, mengenakan masker dan selalu cuci tangan.
Selain itu, Robi menganjutkan masyarakat makanan bergizi, perbanyak konsumsi sayuran hijau seperti kelor dan menambah waktu istirahat.
“Jadi ingat, jam malam itu supaya waktu tidur lebih lama,” tegasnya.
Perlu diketahui, Pemda Sikka mengalokasikan anggaran sebesar Rp 47 Miliar untuk pencegahan dan penanganan Covid-19.
Pada Senin (5/5/2020), terdapat 57 orang yang dinyatakan reaktif berdasarkan rapid test dan sedang menjalani karantina terpusat. Mereka terdiri atas eks penumpang KM Lambelu, peserta Itijma Ulama Gowa dan santri asal Magetan.
Dalam beberapa hari ke depan pemeriksaan Swab sudah bisa dilakukan di Kupang menyusul tersedianya alat pemeriksaan di ibu kota Provinsi NTT itu.
Penulis: Are De Peskim
Editor: Ardy Abba