Betun, Vox NTT- Kereana adalah sebuah desa terpencil di Kecamatan Leobele, Kabupaten Malaka.
Satu-satunya akses menuju desa ini yakni melewati ruas jalan milik Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).
Namun kondisi jalan yang melewati hutan Wemer ini hampir putus dan rusak parah. Apalagi saat musim penghujan, akses warga pasti terhambat.
Kondisi ini tentu saja menambah deretan kisah pahit bagi kehidupan warga Desa Kereana. Warga di sana terus hidup dengan kesulitan dan keterisolasian.
Tak hanya soal infrastruktur yang rusak parah, sejak dahulu warga Kereana terpaksa merantau dari kampung halamannya demi bersekolah dan mendapat pendidikan yang layak.
Ya, pendidikan memang jantung kemajuan. Jadi, setiap orang tentu saja berjuang untuk menggapainya walau banyak tantangan.
Namun selama tiga tahun terakhir warga Desa Kereana boleh bernafas lega. Pasalnya, mereka sudah memiliki SMA Swasta walau hingga kini masih minim fasilitas.
Budi Mulia 2, begitu nama sekolahnya adalah milik Yayasan Rodivas Malaka.
Yayasan ini memang telah membawa jantung kemajuan bagi warga Desa Kereana, kendati memang hingga kini hanya memiliki gedung darurat berkapasitas 4 ruangan.
Dindingnya terbuat pelupuh bebak dan lantai beralaskan tanah.
Tak hanya untuk Desa Kereana, Budi Mulia 2 menjadi satu-satunya SMA di Kecamatan Botin Leobele.
Penggagas pertama berdirinya sekolah ini yakni Agustinus Manek. Hingga kini jumlah muridnya sebanyak 53 orang.
Kondisi miris yang boleh dialami SMA Swasta Budi Mulia 2 tersebut menyita perhatian dari berbagai pihak, salah satunya Lembaga Sosial Family Care.
Terpantau, lembaga ini mengunjugi sekolah tersebut pada pekan lalu.
Dalam kunjungan ini, SMA Swasta Budi Mulia 2 mendapat bantuan beberapa buku. Ada juga sembako untuk siswa dan orangtua siswa, serta guru-guru.
Kepala SMA Swasta Budi Mulia 2 Vintus Bauk mengungkapkan, kedatangan Lembaga Family Care adalah sejarah baru sejak sekolahnya berdiri pada tiga tahun lalu.
Vintus pun menyampaikan terima kasih kepada Family Care yang telah berempati dengan sekolahnya.
Sumbangan tersebut, kata dia, tentu saja menjadi motivasi baginya untuk terus berkarya memajukan pendidikan.
“Terima kasih Family Care atas bantuan dan kunjungannya. Kami dari tenaga pendidik berharap adanya bantuan dari pemerintah provinsi untuk bisa memperhatikan kami. Semangat kami ada dan kuat untuk belajar,” pungkas dia.
Upah Guru Memprihatinkan
Keberadaan SMA Swasta Budi Mulia 2 bagai dua mata pedang yang saling bertolak belakang.
Bagaimana tidak, di satu sisi warga Desa Kereana menyambut dengan antusias atas kehadiran lembaga pendidikan tersebut, karena anak-anak mereka tidak lagi merantau ke luar kampung untuk bersekolah.
Di sisi lain, upah guru masih jauh di bawah standar Upah Minimum Provinsi (UMP) NTT. Akibatnya kesejahteraan guru tentu saja terganggu.
Kepsek Vintus mengaku upah untuk guru-gurunya masih memprihatinkan. Ia memang tak menyebut nominal perbulannya, namun tak cukup kuat untuk menopang kesejahteraan para guru.
Adriana Bauk, seorang guru bahasa Inggris mengamini pernyataan Kepsek Vintus soal upah guru tersebut.
Ia mengeluh, sebab setiap hari demi ke sekolah terpaksa harus merogoh kocek sebesar Rp 20.000 untuk menyewa jasa ojek.
Kendati penderitaan tentang upah terus merongrongnya, namun guru muda ini bercita-cita agar anak didiknya bisa belajar tuntas di SMA Swasta Budi Mulia 2.
“Masalah upah kami tidak terlalu mau bebankan kepada orangtua murid. Kami hanya butuh uluran tangan pemerintah dalam hal ini kaitannya dengan Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur,” kata Adriana kepada VoxNtt.com.
Penulis: Frido Raebesi
Editor: Ardy Abba