Ruteng, Vox NTT – Ketika matahari mulai terbenam di ufuk barat, suhu Kota Ruteng perlahan dingin. Kondisi ini lazimnya dan seolah tak lepas dari cuaca dingin.
Tak ada hujan pada Sabtu, 01 Februari 2020 sore itu. Namun desir angin mengeluarkan hawa dingin, membuat sebagian warga tak betah sekadar menghabiskan waktu di luar rumah. Kalau pun berani ke luar rumah berarti harus mengenakan jaket.
Ibu kota Kabupaten Manggarai itu memang terkenal dengan suhunya yang dingin. Beruntung sore itu cuacanya bersahabat.
Pukul 15.20 Wita, perlahan orang mulai memadati rumah salah satu bakal calon Wakil Bupati Manggarai Heribertus Ngabut.
Sore itu, Heri Ngabut beserta relawan yang selalu mendampinginya berencana untuk kumpul bersama masyarakat di Cancar, ibu kota Kecamatan Ruteng.
Ketika semua orang berkumpul di rumahnya, ia tampakberbusana layaknya anak muda atau seperti kaum milenial.
Ia menggunakan topi koboi, baju kaos lengan panjang berwarnah merah, rompi, celana jeans dan sepatu kets. Heri kemudian bersama rombongan menaiki mobil yang telah parkir di depan rumahnya di Nekang, Kelurahan Watu, Kecamatan Langke Rembong.
Ngopi di Tempat Terbuka dan Sederhana
Senyum bahagia warga Cancar Kecamatan Ruteng menyambut kedatangan salah satu bakal Heri dan rombongannya.
Satu per satu warga keluar dari rumahnya masing-masing saat rombongan mantan Camat Ruteng itu tiba di Cancar.
Ia tiba di pasar Cancar pukul 16. 05 Wita. Situasi bermula sepi. Namun sontak berubah menjadi ramai saat Heri Ngabut turun dari mobilnya.
Perlahan warga Cancar berbondong-bondong menyambangi bakal calon Wakil Bupati Manggarai yang berpasangan dengan Herybertus G.L Nabit itu.
Satu per satu para pedagang di pasar Cancar bersalaman dengan Heri. Kepala Kesbangpol Kabupaten Manggarai itu kemudian mendengarkan keluhan mereka sembari mengeluarkan senyumannya yang khas.
Usai menyapa pedagang di pasar, ia bersama kumpulan pemuda yang tergabung dalam Relawan Rahong Raya (R3) dan warga lainnya berjalan kaki menuju perempatan cancar.
Situasi pun kian ramai. Banyak warga keluar dari rumah dan lapak dagang untuk bersalaman dengan Heri.
Usai bersalaman dengan warga, ia kemudian mengajak warga untuk minum kopi bersama.
Tak membutuhkan tempat yang megah. Heri Ngabut mengajak masyarakat berkumpul di tempat terbuka dan sederhana, tepatnya di depan salah satu toko di perempatan Cancar.
Ratusan warga turut menikmati kopi sore bersama Heri sembari bercerita.
Mengenal Tagline Ngopi ala Hery-Heri
Menurut Wikipedia, kata kopi sendiri awalnya berasal dari bahasa Arab: qahwah yang berarti kekuatan. Sebab pada awalnya kopi digunakan sebagai makanan berenergi tinggi.
Sementara William F. Ogburn, sosiolog asal Amerika mendefinisikan perubahan sosial sebagai kondisi teknologis yang menyebabkan terjadinya perubahan pada aspek-aspek kehidupan sosial. Itu seperti kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat berpengaruh terhadap pola berpikir masyarakat.
Mengacu pada dua teori tersebut, kopi perubahan sebenarnya mengisyaratkan akan adanya kekuatan mahadhasyat yang bergerak secara sadar demi memengaruhi aspek-aspek kehidupan sosial dalam segala lini kehidupan.
Konteks kopi perubahan sosial pada masyarakat Manggarai sejujurnya ingin menceritakan kekuatan mahadhasyat yang dimiliki masyarakat daerah itu, untuk membentuk satu nilai perjuangan bersama yaitu perubahan dalam segala lini kehidupannya.
Perubahan yang masyarakat Manggarai impikan sebenarnya lahir dari keresahan kolektif akan situasi pembangunan yang tidak menjawab kebutuhannya, baik kolektif maupun personal.
Dalam perspektif berbeda, aktivitas minum kopi selalu disebut ngopi. Trend ini kini bergeser dari aktivitas ngopi secara personal ke kegiatan minum kopi secara bersamaan.
Kesadaran akan adanya kekuatan mahadasyat yang sedang merindukan perubahan, mendorong paket Hery – Heri berpikir untuk menjawabnya.
Aktivitas Ngopi perubahan kini semakin familiar di tengah masyarakat. Ngopi perubahan tidak mengharuskan pada setiap insan untuk minum cairan yang berwarna hitam pekat itu.
Apapun jenis cairan yang diteguk tidaklah menjadi hambatan bagi masyarakat untuk berkumpul dan membicarakan perubahan.
Kopi hanyalah wadah yang menyatukan gagasan dari kelompok atau personal yang ingin bertemu. “Apapun minumnya, topiknya tetaplah perubahan”.
Penulis: Pepy Kurniawan
Editor: Ardy Abba